Beda Perlakuan Pasien Covid-19, di +62 dan +886
- R. B. Sukmara (Author)
- 5 Mar 2020
- 3 menit membaca
Diperbarui: 12 Jan 2023

Pemerintah +62 sudah resmi mengumumkan bahwa ada 2 orang yang positif Covid-19. Setelah pemberitaan itu muncul, sudah pasti ini menjadi isu yang paling panas saat itu. Nah, ada yang menarik dari hal ini yang akan saya bahas disini terkait dengan perlakuan terhadap pasien dan juga saya akan sedikit memberikan pembanding dengan apa yang saya alami di negara +886. Bukan bermaksud untuk menjelekkan negara kelahiran saya, tapi pembahasan ini lebih dimaksudkan untuk pembelajaran bagi kita semua.
Langsung saja kita akan membahas masalah ini.
Pasien di +62
Setelah pemerintah negara +62 mengumumkan hal terkait pasien Covid-19, ada yang luar biasa disini. Dimana identidas pasien diumbar-umbar secara lengkap. Bahkan hingga alamat pasien, tempat kerja pasien dan rumah sakit tempat pasien dirawat pun di umbar. Seharusnya ini tidak perlu terjadi, karena justru akan memicu kepanikan pada masyarakat dan juga akan berdampak negative bagi mental pasien dan keluarga pasien itu sendiri.
Ada hal yang disayangkan disini, bahwa yang mengumbar itu adalah para pejabat dan tokoh public. Para pejabat public bahkan walikota tempat pasien tinggal pun ikut serta dalam menyebarkan identitas pasien. Dan lebih parah lagi, dilansir dari acara Mata Najwa dimana seorang tetangga pasien yang diundang pada acara itu mengatakan bahwa salah seorang pejabat Kota Depok yang dengan ngawur yang mengatakan bahwa Perumahan tempat pasien tinggal akan dilakukan isolasi.
Terkait hal ini, ada yang saya sesalkan dari salah satu tokoh public panutan saya, yaitu Pak DI (Dahlan Iskan) yang turut serta menyebarkan informasi terkait data pasien Covid-19 ini. Beliau membuat tulisan terkait Pasien 01 dan 02 Covid-19 lengkap dengan identitas dan alamat pasien tinggal. Tulisan ini dipublikasikan pada blog beliau pada tanggal 3 maret 2020.
Lebih parahnya lagi, kelakuan media-media di Indonesia pun turut serta memperburuk keadaan. Dimana berita-berita terkait pasien muncul dengan berbagai informasi yang simpang siur. Belum lagi peredaran berita di meda sosial apalagi via Whats's app group (WAG) yang sumber beritanya sering tidak jelas. Terlebih warga kita kadang sering melakukan tindakan auto share tanpa mengecek dulu kebenaran berita tersebut.
Saya hanya heran, karena diberbagai belahan dunia mana pun yang terjangkit Covid-19 akan merahasiakan identitas pasien. Lha ini kok di Negara +62 malah data pasiennya diumbar-umbar. Gimana to yoā¦Yang saya pikirkan adalah bagaimana dengan perasaan dan mental si pasien beserta keluarganya. Tentu ini akan memberikan dampak yang negative bagi mereka.
Perbedaannya dengan di +886
Saat ini kebetulan saya sedang berada di Negara +866. Dimana negara ini memiliki jumlah pasien Covid-19 lebih dari 40 orang. Namun, dengan jumlah pasien sebanyak itu, tidak ada satupun data pasien yang tersebar di media. Kerahasiaan data pasien dijaga sedemikian rupa dan sebisa mungkin tidak tersebar secara bebas. Paling banter mereka hanya menyebutkan wilayah tempat pasien tinggal, itu pun tidak spesifik alamatnya diberikan. Hal ini dimaksudkan untuk menghindari kepanikan warga dan juga melindungi kesehatan mental dari si pasien itu sendiri beserta kelurganya.
Semua pemberitaan media di Negara +886 pun melakukan hal yang sama. Tidak pernah menyebutkan identitas pasien, bahkan rumah sakit tempat pasien dirawat pun tetap dirahasiakan. Sepengetahuan saya, berita yang beredar selalu bersumber dari yang terpercaya (pemerintah) melalui Central Epidemic Command Center atau Taiwan Center for Disease Control.
Pelajaran bagi seluruh element warga +62
Negara +62, baik itu para pejabat public atau media harus belajar tentang etika komunikasi terkait dengan penyebaran data pasien. Terlebih ini adalah pasien dari penyakit menular dan mematikan yang hingga saat ini masih terus menyebar diberbagai belahan dunia. Presiden +62 pun sudah menghimbau bahwa data pasien Covid-19 di Negara +62 harus dilindungi. Seharunya media paham dengan hal ini.
Meskipun untuk kasus ini pemeritah +62 akhirnya memiliki catatan buruk terkait penanganan kasus Covid-19. Namun, kita juga tidak boleh menutup mata dan serta-merta menuding bahwa Pemerintah +62 tidak serius untuk menangani kasus Covid-19. Kita juga harus objektif dan perlu mengapresiasi beberapa kinerja pemerintah terkait kasus virus ini, seperti keberhasilan pemulangan WNI dari Wuhan dan kapal World Dream.
Semangat para warga +62! Kita pasti bisa lawan Covid-19!
Salam #sobatsambat
Jangan lupa Like, Subscribe dan Share artikel ini kalau kalian suka ya.
(Halah kok malah koyok Youtuber wae c@k, iki lho cuma blog tok, rasah kakean polah, wkwkwkwk)
_____
RBS, March 2020
Comments