Belajar dari Pak Dahlan
- R. B. Sukmara (Author)
- 14 Feb 2019
- 4 menit membaca
Diperbarui: 12 Jan 2023


Beberapa hari lalu (4 Februari 2019) kampus kami tercinta (NCU) kedatangan tamu istimewa. Beliau adalah salah satu pengusaha sukses di Indonesia, khususnya di bidang media. Beliau adalah mantan CEO Jawa Pos, mantan Dirut PLN dan juga merupakan Menteri BUMN di-era Presiden Susilo Bambang Yudhoyono (SBY). Sosok yang biasa disapa pak DI ini juga menyebut dirinya sebagai Manusia setengah bionic pasca beliau menjalani operasi penyakit jantung yang dideritanya dan cerita itu ditulis beliau di website pribadinya disway.id (yang mana website ini juga menjadi inspirasi saya dalam menulis)
Kedatangan beliau ke NCU sebenarnya tidak masuk dalam agenda beliau, karena memang agenda beliau adalah mengunjungi kota di selatan Taiwan dan langsung ke Taipei untuk memenuhi undangan dari kawan beliau yang merayakan Imlek (Chinese New Year). Namun karena permintaan dan antusiasme mahasiswa di NCU yang cukup besar, beliau akhirnya memutuskan untuk menyanggupi hadir ditengah-tengah mahasiswa NCU yang haus akan wejangan-wejangan beliau.

Hari itu (red: 4 Februari 2019) beliau dijadwalkan tiba di NCU pada pukul 16.30 waktu Taiwan, namun karena perjalann yang "mungkin" ngebut (hehe), beliau tiba lebit cepat dari jadwal. Pukul 16.00, beliau sudah tiba NCU, tepatnya di Musholla Central NCU. Untung pada waktu itu saya memutuskan datang ke lokasi acara lebih awal, sehingga masih sempat melihat beliau menyapa beberapa mahasiswa yang sudah berkumpul disana untuk menanti kedatangan beliau.
Ketika datang, beliau menyalami beberapa mahasiswa sambil berinteraksi dengan mereka. Dengan sosok yang memang sangat down to earth, sambil bersalaman, beliau juga mulai bertanya kepada mahasiswa dilokasi, muali dari nama, mengambil jurusan apa hingga menanyakan asal mereka satu persatu. Para mahasiswa pun juga antusias mengenalkan diri mereka ke sang Mantan Menteri BUMN ini.
Setelah selesai menyapa mahasiswa, Pak DI langsung masuk ke Musholla. Karena waktu juga sudah masuk waktu solat Ashar, panitia memutuskan untuk melaksanakan solat terlebih dahulu dan dilanjutkan dengan sesi utama yaitu diskusi bersama.
Setelah selesai sholat berjamaah, sesi diskusi pun dimulai. Setalah dibukan oleh Ketua PPI NCU, Pak DI memberikan kesempatan kepada mahasiswa untuk melempar pertanyaan kepada beliau. Karena beliau ingin suasana lebih hidup dari pada jika beliau yang memberikan materi.

Saya pun tidak menyianyiakan kesempatan ini. Saat itu saya langsung mengangkat tangan dan melempar beberapa pertanyaan kepada beliau diantaranya berkaitan dengan bagaimana potensi perkembangan mobil listrik di Indonesia dan tak lupa saya sampaikan bahwa sejak kedatangan beliau ke ITK 2 tahun lalu, saat ini ITK sudah memiliki mobil listrik karya mahasiswanya sendiri, dan beliau mengapresiasi hal tersebut.
Terkait dengan pertanyaan yang saya sampaikan tentang perkebangan mobil Listrik, beliau menanggapi dengan mengatakan "agak sedikit jengkel karena masih oknum yang menyatakan bahwa mobil listrik itu hanya mimpi bahkan tidak ada" dan beliau menceritakan proses bagaimana membantah pendapat itu dengan membeli TESLA Car. Beliau menyatakan saat ini perkembangan mobil listrik masih terkendala dengan regulasi di Indonesia dan hingga saat ini peraturannya pun belum ada. Beliau juga menceritakan bahwa dinegara-negara lain, mobil listrik sudah cukup berkembang dan akan menjadi satu komoditas baru di dunia otomotif, di china sendiri sudah banyak perusahaan - perusahaan yang mulai mengembangkan dan memproduksi mobil listrik meskipun perusahaan ini bukan murni dari perusahan otomotif.
Logika sederhana yang digunakan beliau terkait mobil listrik adalah karena adanya kenaikan harga BBM. Dengan adanya kenaikan harga BBM makan akan ada demo besar-besaran dimasyarakat dan hal ini akan menguras energi nasional yang besar. Dan salah satu solusi alternatif yang beliau tawarkan adalah dengan Mobil Listrik sebagai upaya mengurangi penggunaan BBM. Meskipun beliau juga terbuka untuk alternatif lain selain mobil listrik untuk mengatasi permasalahan BBM.
Selain penjelasan mobil listrik, beliau juga menyampaikan bahwa di Indonesia, struktur masyarakatnya juga kurang seimbang antara orang-orang yang belajar tentang teknologi dan orang yang belajar ilmu sosial. Beliau mengatakan bahwa saat ini komposisi orang yang belajar ilmu sosial masih sangat lebih besar dibanding yang belajar teknologi. Sedangkan dinegara-negara maju, perbandingan ini lebih proporsional.
Selain berbincang tentang mobil listrik, ada beberapa mahasiswa yang menanyakan tentang kiat-kiat memulai dan menjalankan bisnis. Beliau berpesan kepada teman-teman mahasiswa bahwa jika ingin memulai usaha anda harus bertauhid. Dalam hal ini bertauhid maksudnya adalah harus fokus dalam berbisnis dan tekun untuk menjalankan bisnis. Beliau juga mengingatkan bahwa dalam ranah bisnis patokan perhitungan adalah Uang, bukan dari banyaknya order, selain itu beliau juga memberikan tips bahwa dalam proses memulai bisnis dan memilih partner bisnis, sebaiknya tidak lebih dari 2 atau 3 orang dan salah satunya harus jadi leadernya. Karena jika dalam memulai bisnis dengan anggota yang banyak maka nantinya akan terlalu disibukkan dengan proses "tenggang rasa" antar anggota. Namun hal ini akan berbeda jika bisnis sudah berjalan dan besar, maka anggota boleh ditambah namun dalam status "partner" bisnis bukan sebagai pemilik bisnis.
Pak DI juga mengatakan bahwa "dalam berbisnis kita harus PD (Percaya Diri)".
Dalam acara yang hangat ini, ada statement Pak DI yang cukup berkesan untuk saya yaitu "jika anda belum bekerja sesuai passion anda kerjakan saja dahulu sambil terus mencari passion anda, itu lebih baik daripada anda tidak mengerjakan apa-apa".
Ada carita dari beliau bahwa ada seorang pengusahan kaya raya yang sekarang berbisnis emas namun berawal dari jualan permen, dan saya yakin passion orang itu bukan jualan permen, tapi karena dia pinter dan tekun setelah tau alur bisnisnya.
Beliau juga menyatakan "Meskipun keliatannya passionnya bukan itu (jualan permen), tapi jalannya dari sini ya dari situ (jualan permen), kalau kata orang Jawa "ngeilmu itu lakon e kanti laku".
Setelah acara diskusi yang hangat mulai dari mobil listrik hingga ke kiat bisnis selama kurang lebih 1,5 jam, acara diskusi kali ini ditutup dengan foto bersama dengan pak DI.
RBS
Taiwan, 14 Februari 2019
Comments