top of page

Belajar Toleransi dari Negeri +62? Situ ga' bercanda 'kan?

  • Gambar penulis: R. B. Sukmara (Author)
    R. B. Sukmara (Author)
  • 18 Nov 2020
  • 3 menit membaca

Diperbarui: 6 Sep 2023



Kita tentu sering mendengar jargon atau orang mengatakan “kalau mau belajar tentang toleransi, silahkan belajar dari Indonesia”. Hm... becanda kayaknya nih...


Kenapa saya katakan becanda, ayo kita coba cek sebentar.


Ketika era reformasi dimulai, maka kebebasan di Indonesia seperti mendapatkan angin segar, sesegar orang baru berkumur dengan Listerine. Ya, bagaimana tidak segar, setelah suara dibungkam hampir 32 tahun, lalu generasi muda (mahasiswa) saat itu sudah mulai muak dan menggeruduk kantor DPR RI dan berujung pada pengunduran diri sang Smiling General. Setelah pidato resmi dari presiden kala itu, maka secara resmi berakhirnya rezim otoriter dan mulai masuk kedalam era reformasi yang penuh dengan kebebasan.


Meskipun era reformasi memberikan dampak positif yang cukup besar, namun tentu saja dunia ini diciptakan selalu memiliki pasangan. Ya, pasangannya adalah dampak negatif yang dihasilkan pada era reformasi. Dengan semakin bebasnya dari belenggu, maka informasi dan faham-faham dari luar indonesia pun menjadi sangat mudah masuk. Termasuk faham-faham sayap kanan yang cenderung konservatif.


Mulai masuknya pergerakan-pergerakan sayap kanan yang berasal dari organisasi multinasional, maka semakin bervariasilah faham-faham keagamaan dinegara kita. Sebenarnya tidak ada yang salah dengan masuknya berbagai macam faham-faham sayap kanan ke Indonesia, karena hal ini merupakan sebuah cerminan kebebasan berpendapat dan berserikat. Namun, ketika faham-faham itu mulai menggangu stabilitas negara, maka ini yang sangat perlu diwaspadai.


Kembali ke masalah toleransi. Setelah banyak masuknya organisasi atau perkumpulan-perkumpulan sayap kanan, terdapat beberapa dari mereka yang membawa virus-virus intoleransi, yang coba untuk disebarluaskan dimasyarakat. Sentimen-sentimen agama menjadi bibit-bibit awal mulai retaknya komitemen soempah pemoeda yang diikrarkan tahun 1928.


Intoleransi antar golongan yang se-agama dan antar agama menjadi kian runcing. Terlebih setelah pilpres tahun 2014 dan tahun 2019 kemarin. Isu agama dimainkan dengan sangat gila oleh ormas-ormas dan oknum-oknum tertentu, hingga myebabkan gesekan dikalangan akar rumput.


Konfrontasi antar golongan pun turut digaungkan dalam mimbar-mimbar politik ataupun mimbar agama. Mulai dari pengajian level RT sampai ke level nasional, banyak isinya konfrontasi pda golongan tertentu dan akhirnya juga mulai bergeser pada suku atau ras tertentu.


Saat ini, banyak majelis-majelis agama yang isinya cenderung provokatif dan adu domba. Saya tidak habis pikir dengan penceramahnya yang notabene dianggap ulama atau tokoh agama oleh para jama’ahnya. Kok bisa-bisanya, sebagai tokoh yang dimuliakan tapi akhlak dan cara berfikirnya tidak bijak sama sekali. Belum lagi jika ada ceramah yang membawa kata-kata kasar yang seharusnya tidak dilakukan pada mimbar yang mulia tersebut.


Meskipun hampir semua agama di Indonesia memiliki konfliknya sendiri, namun sebagai agama mayoritas, Islam sudah tentu menjadi sorotan. Mulai dari penggolongan kaum Islam moderat dan islam konservatif hingga pada bentrok antar pemeluk agama lainnya.


Kita tentu masih ingat dengan konflik agama berdarah di ambon, antara Islam dan Kristen. Harusnya ini menjadi sebuah pelajaran, bahwa konflik seperti itu tidak akan ada yang diuntungkan, justru malah berkorban nyawa yang sia-sia.


Belum lagi konflik antar suku atau ras. Ras atau suku tertentu menjelekkan suku yang lain. Dan hal seperti ini masih banyak terjadi di Indonesia, bahkan terjadi disekitar kita.


Ah... saya sudah ga’ habis pikir dengan hal-hal intoleransi seperti ini. Lalu dari sisi mana kita belajar bertoleransi dari Indonesia?


Artikel ini hanyalah sebuah satire, tentang bagaimana kondisi intoleransi di Indonesia. Toleransi di Indonesia sudah cukup baik, namun akhir-akhir ini ada segelintir oknum yang ingin mencoba untuk memecahkannya. Saya hanya bisa berharap dan berdoa’a, semoga toleransi di negara kita bisa tetap terjaga.

Disclaimer : No Offense to all people yang merasa

____

____

Jangan lupa Like, Subscribe dan Share artikel ini kalau kalian suka ya.

(Halah kok malah koyok Youtuber wae c@k, iki lho cuma blog tok, rasah kakean polah, wkwkwkwk)

_____

RBS, Nov 2020


Comments


"Allah is He who created death and life to test you as to which of you is best in deed" - Qur'an, Al Mulk 67:2

06 Logo FIX RED 2.png

Yakinlah Sambatmu kelak akan mengubah dunia

@2023 Bennysukmara.com

bottom of page