Benar Tak Berarti Berhak untuk #BarBar
- R. B. Sukmara (Author)
- 28 Feb 2020
- 3 menit membaca
Diperbarui: 6 Sep 2023

Hari ini saya mau bahas tentang salah satu ciri khas kelakuan warga +62 yang intensitasnya cukup sering untuk dilakukan. Okay, kita langsung bahas aja yo..
Pernahkah kalian melihat ada maling atau copet yang lagi apes dan ketangkep sama warga. Kalian pasti tau dong apa yang bakalan terjadi ? Yaps, pasti bakalan dapat hadiah khusus dari warga yang menangkap dan juga dari warga yang entah muncul dari mana tapi ikut-ikutan memberi hadiah.
Kalian pasti tau dong hadiah yang saya maksud? Ya, apa lagi kalau bukan bogem mentah, tendangan tsubasa, tabok wiro sableng dan berbagai macam jurus yang ada di WWE dan UFC. Itu pun masih ditambah lagi dengan jurus lidah api dengan berbagai macam cacian dan makian, dari yang paling sopan hingga semua nama hewan yang ada dikebun binatang.
Saya juga heran, entah kenapa jika ada hal seperti ini maka seolah-olah seperti ada kewajiban pada warga yang entah dari mana atau sekedar lewat didaerah kejadian untuk ikut berkontribusi memberi āpelajaranā kepada pelaku. Minimal bogem mentah atau sekedar memberikan tendangan kapten Tsubasa kepada pelaku kejahatan tadi. Padahal oknum warga ini sebenarnya tidak tau duduk permasalahannya, dan hanya melihat ada orang banyak lagi ngegebukin orang trus langsung ikutan aja gitu. Seketika warga menjadi bar-bar.
Nah, yang lebih parahnya lagi kalau sampe si pelaku kejahatan ini tewas ditempat baik karena jurus yang ada di WWE atau UFC tadi atau yang lebih parah karena akhirnya pelaku dibakar warga. Waduh, kalau sudah sampe dititik ini sih sebenernya oknum yang main hakim sendiri ini sebenarnya sama aja dengan copet atau maling tadi. Sama-sama ga ada otak dan akhlak.
Maaf jika sebagian dari anda yang membaca ini tidak setuju dengan pendapat saya. Tapi, pendapat saya ini sebenarnya hanya didasarkan bahwa seburuk apapun kejadiannya, mereka para copet dan maling tadi tetaplah manusia. Dan juga, prilaku main hukum sendiri ini tidak dibenarkan juga oleh hukum yang berlaku.
Maksud saya disini adalah untuk memberikan sebuah edukasi bahwa kalaupun kita dalam posisi yang benar tidak serta merta kita berhak melakukan apapun kepada orang yang salah. Apalagi sampai menghilangkan nyawa orang lain.
Okay, tarohlah jika ada seorang maling atau copet yang tertangkap. Mungkin kita merasa perlu memberikan sebuah pelajaran agar ada efek jera (meskipun saya tidak 100% mendukung jika caranya semena-mena). Tapi alangkah baiknya jika setelah ditangkap dan diberi sedikit diberi āpelajaranā, segera saja untuk diserahkan kepada pihak yang berwajib. Karena apa, jika akhirnya warga yang turun tangan, maka yang akan terjadi adalah hukum rimba, dimana akan terjadi chaos dan emosi warga tidak dapat terkendali, yang ujung-ujungnya bisa berpotensi menghilangkan nyawa orang lain.
Bukan saya sok alim atau munafik, saya juga bisa emosi jika ada copet atau maling yang ketangkap dan tentu gemes untuk ikut memberi āpelajaranā. Tapi disini yang saya hanya mencoba untuk mengajak agar kita bisa lebih bijak. Karena, sebenar apapun kita dan sesalah apapun orang lain tetap tidak ada pembenaran dari agama manapun untuk membunuh seseorang tanpa melalui proses peradilan. Setidaknya kita bisa menahan diri untuk tidak memukuli atas dasar kemanusiaan saja. Karena misal, jika kita melakukan penghakiman sendiri, ya kalau emang bener mereka memang pelaku, kalau ternyata salah tangkap kan jadi repot urusannya.
Oke, kalaupun benar mereka pelakunya, maka setidaknya kita cukup memberikan sedikit efek jera atau apapun. Karena, aksi main hakim sendiri dapat menimbulkan efek dendam yang mungkin bisa menjadi masalah yang berlarut-larut atau bahkan menurun. Ini yang justru berbahaya. Potensi aksi balas dendam bisa saja terjadi dikemudian hari.
Cobalah untuk menahan diri, minimal atas rasa kemanusiaan. Karena main hakim sediri juga bukan solusi. Baiknya kita serahkan mereka ke apparat yang berwenang untuk mempertanggungjawabkan perbuatan mereka.
Oke, kita lanjut membahas ini untuk ranah media sosial.
Kejadian ini pun juga sering terjadi di dunia sosial media. Misal ada orang yang memposting hal yang ternyata hal itu adalah hal yang salah atau keliru. Lalu akhirnya kita dengan serta merta melakukan penyerangan dan perundungan (bullying) yang membabi buta pada orang yang melakukan postingan tadi. Bahkan tanpa sempat memberikan ruang untuk klarifikasi atau pembelaan pada orang tersebut.
Seolah kita memiliki kewajiban untuk sekedar mampir ke-akun orang tersebut dan sekedar memberikan komentar yang berupa cacian atau makian. Yang bisa berakibat fatal pada kesehatan mental dari orang yang dituju atau bahkan bisa membuat orang tersebut depresi berat. Padahal mungkin saja orang ini tidak sengaja atau sudah berusaha melakukan klarifikasi dan meminta maaf. Seolah-olah kita berkewajiban untuk harus sampai menghancurkan dan meluluhlantahkan orang yang melakukan kesalahan tadi baru permasalahan tersebut bisa dikatakan selesai.
Jadi sudahlah, dunia sudah semakin maju, peradaban harusnya juga berjalan beriringan. Prilaku bar-bar untuk main hakim sendiri seharusnya lebih dikurangi. Minimal untuk dasar kemanusiaan.
Oke, cukup sekian pembahasan tentang hal ini. Kalau ada yang tidak setuju dengan pendapat saya boleh-boleh saja karena itu hak pribadi anda. Karena tidak ada paksaan untuk menganggap hal ini adalah yang paling benar.
Salam #sobatsambat
Jangan lupa Like, Subscribe dan Share artikel ini kalau kalian suka ya.
(Halah kok malah koyok Youtuber wae c@k, iki lho cuma blog tok, rasah kakean polah, wkwkwkwk)
_____
RBS, Feb 2020
Comments