top of page

Memaknai Sumpah Pemuda ala "Kids and Youth Jaman Now"

  • Gambar penulis: R. B. Sukmara (Author)
    R. B. Sukmara (Author)
  • 27 Okt 2017
  • 3 menit membaca

Diperbarui: 9 Mar 2020


Peserta Soempah Pemoeda

Pada 28 Oktober 1928, Moehammad Yamin memberikan secarik kertas kepada Soegondo Djojopoespito yang berisi rumusan Sumpah Pemuda. Tulisan di kertas itu lalu dibacakan Soegondo dan dijelaskan secara mendetail oleh Moehammad Yamin di depan kurang lebih 79 peserta yang hadir (dari perwakilan Jong Java, Jong Sumatranen Bond, Jong Bataks Bond, Jong Islamieten Bond, Pemoeda Indonesia, Jong Celebes, Yong Ambon, Pemoeda Kaoem Betawi, Dienaren van Indie, Keng Po, Indonesische Studieeclub, Adviseur voor Inlandsch Zaken, Volksraad, Pasundan, dan perwakilan Pemerintah Belanda). Termasuk 4 orang Golongan Timur Asing Tionghoa yang turut hadir sebagai peninjau, yaitu Kwee Tiam Hong, Oey Kay Siang, John Lauw Tjoan Hok, dan Tjio Dijen Kwie.


Pada Sabtu (28/10), 89 tahun sudah ikrar ā€œSoempah Pemoedaā€ menggema untuk menyatukan negara kepulauan terbesar di dunia. Dengan jumlah penduduk lebih dari 262 juta jiwa yang tersebar di 17 ribu pulau, sumpah pemuda menjadi sebuah tali pengikat dari persaudaraan dan persatuan bangsa Indonesia. Saking kuatnya peran pemuda bangsa ini, Soekarno pun pernah berkata ā€œBeri aku 10 pemuda dan akan kuguncangkan duniaā€.


Bahkan seorang Panglima TNI Gatot Nurmantyo pun pernah mengatakan ā€œYang memerdekakan bangsa ini adalah pemuda, dari sumpah pemuda.ā€ Semangat sumpah pemuda ini pun erat kaitannya dengan rasa nasionalisme dan menghargai bangsa sendiri. Namun, akhir-akhir ini, semangat ini sedikit luntur karena adanya fenomena ā€œKids/Youth Zaman Now,ā€ yang mencuat di ranah publik. Istilah ini muncul karena perilaku nyeleneh para generasiĀ millennialĀ yang ā€œsudah keluar dari pakemā€ namun kadang dianggap hal yang lazim.


Contoh kejadian beberapa waktu lalu dan menjadi viral di dunia maya, foto oknum duduk di atas kepala patung pahlawan nasional, yang merupakan para jenderal yang gugur akibat kekejaman PKI. Selanjutnya, ada kelakuan seorang pemuda di Kota Malang yang melontarkan komentar seenak jidatnya di dunia maya dengan menulis komentarĀ ā€œBubarkan TNIā€.


Sontak komentar ini langsung mendapat respons dari anggota TNI dan langsung mengonfirmasi pernyataan pemuda tersebut. Belum lagi kasus salingĀ bullyĀ dan tawuran antarpelajar/mahasiswa yang sangat mudah pecah karena hal-hal sepele. Ada pula cerita generasi hit yang sangat histeria jika mendengar hal yang berbau Korea besertaĀ boyband-nya, sampai-sampai ada yang menganggap sebagai Nabi bahkan Tuhan. IniĀ kanĀ sudah di luar batas dan sangat mengkhawatirkan.


Lain lagi jika bicara nasionalisme. Terdapat beberapa oknum pemuda yang notabene merupakan calon penerus bangsa ini, tergabung dalam ormas-ormas tertentu dan berusaha untuk mengganti ideologi bangsa (Pancasila) dengan ideologi baru yang sama sekali jauh dari cita-cita para pendiri bangsa ini. Apa seperti ini cara memaknai sumpah pemuda yang diharapkan generasi pendiri bangsa kita?.


Dari contoh kasus di atas, jelas terlihat bahwa kondisi ini sudah tidak mencerminkan semangat yang dijunjung oleh sumpah pemuda. Itu diperparah lagi dengan media televisi danĀ onlineĀ yang dibanjiri dengan berita dan konten negatif seperti kekerasan,Ā bullying, ujaran kebencian, hingga konten pornografi. Kombinasi ini menjadi kompleks dengan minimnya pengawasan orang tua sehingga menambah keruh mental para generasiĀ millennialĀ ini.


Mereka menjadi sangat mudah termakan ā€œHoaxā€ dan provokasi dari oknum yang tidak bertanggung jawab. Memang hal di atas tidak boleh dijadikan patokan untuk menggeneralisasi generasi ā€œKids and youth zaman nowā€. Banyak dari mereka yang memaknai semangat sumpah pemuda dengan berbagai prestasi yang mengharumkan nama bangsa ini, seperti Joy Alexander (12) yang mengarumkan bangsa lewat jalur seni. Karya Joy masuk jajaran nominasi penghargaan music internasional ā€œGrammy Awardā€ dan menjadi nominator termuda yang memperolehĀ standing ovation.


Pada bidang sains ada Michael Gilbert dan Kevin Limanta, siswa SMA yang berhasil meraih medali emas pada 17th Asian Physics Olympiad 2016 di Hong Kong. Di bidang olahraga ada Aditya Bagus Arfan (11) yang berhasil menyabet emas pada ajang kejuaraan catur ASEAN 2016 di Thailand. Di cabang balap mobil kita punya Rio Haryanto yang menjadi satu-satunya orang Indonesia yang pernah berlaga di balap mobil paling bergengsi di dunia, yaitu Formula 1. Terbaru adalah Galang Hendra (16) yang baru saja berhasil meraih podium pertama di ajang World Superbike 2017 untuk kelas 300 cc di Jerez, Italia.


Di Kalimantan Timur, kita punya David Rahendra Ahmad Firdauz (14), atlet karate Kaltim yang berhasil mengharumkan Indonesia dengan memperoleh 2 emas dan 1 perak pada kejuaraan karate internasional The 7th Basel Open Master di Swiss. Dari pelbagai prestasi di atas, tentu diharapkan lebih banyak lagi prestasi yang tumbuh dari generasi millennial ini. Jika dulu kita memaknai isi sumpah pemuda dengan bersatu untuk mengusir penjajah dari Tanah Air Indonesia.


Namun pada era ā€œKids and youth zaman nowā€ ini, marilah kita memaknai sumpah pemuda ini dengan bersatu dan sejenak mengesampingkan masalah perbedaan suku, agama, ras, dan warna kulit untuk bersama mengukir prestasi yang mengharumkan negeri ini. Banyak jalan dan cara yang bisa dilakukan untuk membawa negeri ini kembali ke masa jayanya dahulu, di mana nama Indonesia sangat disegani di kancah Internasional. Jadikan pemuda Indonesia terkenal karena prestasinya, bukan karena bobroknya.


Selamat Hari Sumpah Pemuda ke-89, mari bersatu, tunjukkan prestasimu, dan harumkan nama bangsamu.Ā 


Artikel ini dimuat di Harian Kaltimpost, 27Ā Oktober 2017.



Kliping Koran Kaltimpost

RBS

27 Oktober 2017

Commenti


"Allah is He who created death and life to test you as to which of you is best in deed" - Qur'an, Al Mulk 67:2

06 Logo FIX RED 2.png

Yakinlah Sambatmu kelak akan mengubah dunia

@2023 Bennysukmara.com

bottom of page