dr. Tirta Jancuk! (Koen Terbuaik Cuk!)
- R. B. Sukmara (Author)
- 26 Mar 2020
- 5 menit membaca
Diperbarui: 12 Jan 2023

Catatan hari ini saya tulis setelah nonton full tayangan yang di pandu sama Bung Karni Ilyas yang nama acaranya sudah terkenal seantero negeri Eks Hindia Belanda. Nama acara itu Indonesia Lawyers Club atau yang biasa disebut ILC. Tayangan yang selalu menghadirkan diskusi-diskusi panas antara politisi. Tayangan kali ini sangat tumben, karena yang diundang bukan didominasi oleh para politisi yang rajin nyocot ngalor ngidul. Bintang tamu ILC kali ini didominasi oleh dokter-dokter karena topik yang diangkat terkait dengan kasus wabah yang paling viral saat ini, yaitu Corona Virus.
Dari semua bintang tamu yang hadir, ada beberapa bintang tamu yang saya soroti, yaitu dr. Tirta, Mas Ginanjar dan Mbok Rubiem. Tiga orang bintang tamu yang membuat saya kagum dan juga terenyuh yang bercampur menjadi satu. Disini saya akan membahas satu per satu siapa ketiga bintang tamu yang āluas biasa iniā.
dr. Tirta, Dokter āngegasā berambut Joker
Untuk pertama saya akan bahas tentang seorang dokter yang akhir-akhir ini menjadi viral kembali karena video Instagramnya yang āngegasā tentang Corona. Dokter yang punya rambut mirip Joker ini sebenarnya sudah terkenal karena dia merupakan seorang āmaniacā sneakers dan juga sebagai entrepreneur dengan outlet jasa cuci sepatu yang bernama āShoes and Careā.

Lalu siapa sebenarnya sosok dokter Joker ini? Awalnya saya tau sosok dokter slengeāan ini dari podcast mantan Mentalis Deddy Corbuzier yang membahas tentang isu Virus Corona. Karena opini-opini dan pendapat kritisnya tentang fenomena Corona di Indonesia, seketika saya tertarik untuk mencari tau lebih lanjut, jane sopo dokter āgendengā ini.
Oke, langsung saja saya coba ngulik sedikit tentang siapa si dokter ini. Nama asli dari dokter āngegasā ini adalah Tirta Mandira Hudhi, dia merupakan seorang dokter lulusan Universitas Gajah Mada dengan predikat Cumlaude. Selain dia terkenal karena usaha cuci sepatu yang dirintisnya, dokter kelahiran Surakarta tanggal 30 Juli 1991 ini juga terkenal juga dengan pemikiran kritisnya terhadap permasalahan realitas sosial di Indonesia.
Nah, lalu kenapa saya kok jadi ātertarikā dengan dokter āGendengā ini? Jawabannya karena pendapatnya yang luar biasa terkait isu Corona di Indonesia. Dia berani untuk mengkritik statement dari juru bicara Pemerintah untuk urusan Covid-19 dan mengatakan sang jubir Pemerintah ini perlu meningkatkan kemampuan public relationnya karena penyampaian informasi terkait Corona yang menuai kontroversi. Selain itu dia juga aktif untuk memberikan edukasi terkait Corona dengan cara khasnya yang ngegas itu.
Dalam acara ILC, dokter yang ogah disebut seorang influencer itu juga menjelaskan tentang keaktifan sebagai relawan yang membantu BNPB untuk mengedukasi masyarakat tentang Corona. Selain itu, hal yang paling meledak dari dokter slengeāan ini adalah karena dia menjadi pioneer untuk sebuah gerakan bernama āNutrisi Garda Terdepanā yang terkait dengan penggalangan dana untuk penyediaan makanan tenaga medis yang berjuang sebagai garda terdepan melawan Virus Corona. Dari pemaparannya, Sang Dokter ini juga membuat gerakan dengan hastag #kurirkebaikan yang berusaha untuk mambantu kaum pejuang jalanan agar tetap bisa āmakanā selama penerapan social distancing oleh pemerintah.
āKetika dokter sampe berdonasi untuk sesama dokter, itu berarti ada yang salah. Bukan menyahkan Pemerintah, tapi perlu dievaluasiā
Dokter gila ini juga berperan beberapa kegiatan sosial lain terkait penanggulangan virus Corona seperti untuk membuat desinfectan chamber bersama Dompet Dhuafa, program penyemprotan desinfectan dirumah-rumah ibadah dan dia juga menyisihkan uang pribadinya untuk membeli masker untuk kawan-kawannya yang bekerja tenaga medis senilai 200 juta rupiah.
Dokter ini juga menghighlight kepada seluruh masyarakat di Indonesia untuk stop untuk saling menyalahkan terkait Virus Corona. Dia juga menegaskan untuk meminta masyarakat yang memiliki kesempatan untuk bisa #dirumahaja untuk tetap stay dirumah. Lalu dia juga mengajak para masyarakat yang mampu dan juga influencer untuk gerakan yang kaya membantu yang miskin.
dr. Tirta juga menjelaskan tentang siapa yang dianggapnya sebagai pejuang jalanan, yaitu:
1. Dokter dan tenaga Medis
2. Polisi dan TNI
3. Pekerja harian (ojol, petugas PLN dll)
4. Warteg (petugas UKM, warung-warung kecil, penjual gorengan dll)
5. Office Boy dan Cleaning servis.
Menurutnya, lima pejuang ini yang sering dilupakan oleh masyarakat. Padahal peran mereka sangat penting dan sangat rentan terhadap penyebaran Covid-19 ini.
Dia mengatakan kepada para influencer untuk membantu para ojol-ojol atau para pejuang jalanan untuk mensupport kebutuhan sehari-hari agar para pejuang jalanan ini bisa juga melaksanan himbauan #dirumahaja dan tetap bisa makan.
Ada satu pesan yang disampaikan dengan sangat tegas oleh dokter ini kepada rapa Influencer yang memiliki follower banyak dan hanya pamer-pamer mobil mewah diakun Instagram dan Youtube mereka. Dia mengatakan bahwa peran influencer sangat besar dan sumbangin sebagian pendapatannya untuk mendukung para ojol bisa diam dirumah.
āJual satu mobilmu dan berikan donasi itu ketemen-temenmu, kalau emang kamu real pahlawan disini men! Jangan cuma manfaatin follower buat pribadi!ā
Dokter Tirta ini juga terus mengedukasi masyarakat dengan gaya ngegasnya di akun media sosialnya agar masyarakat bisa bekerja sama untuk membantu pemerintah dalam proses menghadapi penyebaran wabah virus Corona ini.
Dasar emang Keren dan Kompor Gas koen Cuk!.Respect gue!
Ginanjar, Driver ojol Perwakilan pekerja harian.
Ginanjar adalah sebuah gambaran dari para pekerja harian di Indonesia yang tidak memiliki privilege untuk melakukan kegiatan #dirumahaja selama penyebaran wabah Corona. Mereka adalah kalangan bawah yang menyandarkan hidup mereka dengan penghasilan harian. Para kaum pekerja harian seperti Ginanjar ini adalah golongan yang sangat terpukul dengan adanya Covid-19 ini karena penghasilan mereka untuk keluarga menurun dranstis sebab sepinya order ojol mereka.

Ginanjar mengatakan bahwa mereka bukan mengharapkan kata-kata mutiara dan kata-kata bijak dari pemerintah dan masyarakat umum, tapi yang mereka butuhkan adalah rangkulan tangan sebagai wujud empati dari masyarakat dan pemerintah.
Ginanjar juga mengatakan bahwa dia mengapresiasi apa itu namanya simpati dari masyarakat. Dia mengatakan bahwa dirinya dan kawan-kawannya bukan warga yang tidak taat peraturan dan tidak mau stay dirumah. Mereka membutuhkan bentuk real dari sebuah empati dan simpati.
Ginanjar mengatakan āhello, belajar bagaimana cara memanusiakan manusiaā.
Ginanjar juga mengatakan bahwa adanya jargon dan sloga tentang āayo istirahat dirumahā tidak dapat diterapkan kepada orang-orang sepertinya. Mereka bekerja secara harian dan jika tidak bekerja mereka tidak dapat menghidupi keluarganya.
Mbok Rubiem, Nenek 70 tahun yang masih berjuang hidup ditengah Corona
Saya seketika langsung terenyuh dan meneteskan air mata ketika Mbok Rubiem mulai bercerita tentang kehidupannya kepada sang Presiden ILC. Nenek paruh baya ini adalah pedagang kaki lima yang berjualan kopi didepan sebuah penjara di kota Jakarta yang menjadi Red Zone dengan korban Corona terbanyak di Indonesia. Dengan expresi sedih, Mbok Rubikem bercerita bahwa dagangannya yang menjadi sepi dan penghasilannya menurun drastic. Kalau hari normal biasanya beliau bisa menghasilkan uang sekitar 50 ā 100 ribu perhari, sekarang hanya 15-20 ribu perhari. Dengan penghasilan yang sangat pas-pas-an, nenek renta ini juga harus membayar kamar kontrakan seharga 400 ribu rupiah per bulan.

Dengan adanya pembatasan kegiatan diluar oleh pemerintah, Mbok Rubiem sudah 2 minggu ini tidak berjualan karena sepinya pembeli. Jelas ini begitu menyayat hati. Dengan umur yang sudah sangat renta, Mbok Rubiem masih harus tetap bekerja hanya untuk menyambung hidup ditengah ngerinya wabah virus Corona ini.
Ginanjar dan Mbok Rubiem ini adalah orang-orang yang luput dari perhatian masyarakat kasta #finansialstabil yang sombong untuk berteriak āLockdownā di media sosial. Virus harus dilawan, tapi mereka juga tetap harus bisa makan, bos!
Orang-orang seperti Ginanjar dan Mbok Rubiem adalah orang yang terpaksa harus tetap bekerja ditengah wabah Corona hanya untuk menyambung hidup dan memberi makan keluarganya. Mereka adalah orang-orang yang paling rentan dalam kasus ini, baik rentan secara kesehatan dan juga stabilitas finansial kehidupan mereka. Dengan segala keterbatasan, mereka terpaksa mengorbankan kesehatan dan keselamatan nyawa hanya untuk bisa makan bos!
Bayangkan jika kebijakan lockdown diterapkan? Bagi mereka yang ada berada di golongan #finasialstabil sih aman-aman saja. Tapi bagi #pejuangharian seperti Mbok Rubien dan Mas Ginanjar ya akan ālockdownā juga hidupnya karena gaā bisa makan.
Bijaklah wahai kalian yang cuma berteriak-teriak lockdown di medsos, pikirkan nasib mereka bro/sis! Harus ada orang-orang lain seperti dokter slengeāan yang harus turun gunung untuk membantu orang-orang seperti Ginanjar dan Mbok Rubiem.
Finally, untuk dr. Tirta, gue angkat topi ke ente. Untuk orang-orang yang sangat rentan terhadap penyebaran virus seperti Mbok Rubiem dan Mas Ginanjar, semoga ada jalan keluar dari situasi ini dan tetap diberikan kesehatan. Amin.
____
Salam #sobatsambat
____
Jangan lupa Like, Subscribe dan Share artikel ini kalau kalian suka ya.
(Halah kok malah koyok Youtuber wae c@k, iki lho cuma blog tok, rasah kakean polah, wkwkwkwk)
____
RBS, March 2020
Comments