top of page

Hal yang saya sesali dan syukuri hari ini

  • Gambar penulis: R. B. Sukmara (Author)
    R. B. Sukmara (Author)
  • 26 Feb 2020
  • 12 menit membaca

Diperbarui: 12 Jan 2023


Dalam setiap perjalanan hidup seseorang pasti mereka punya hal yang mereka sesali dan syukuri. Baik itu hal yang mungkin sepele ataupun hal besar yang akhirnya juga dapat membuat hidup seseorang berubah. Begitupun pada diri saya, as an ordinary human, tentu saya juga memiliki beberapa hal yang pada akhirnya saya sesali dan patut saya syukuri.


Jika hari ini saya harus menyebutkan 5 hal yang harus saya sesali dan dan syukuri, maka saya akan coba untuk merenung sejenak untuk memikirkan dan mengevaluasi hal apa saja yang harus dituliskan.

Setelah berusahan untuk memikirkan dan mengevaluasi, akhirnya saya menentukan 5 hal yang saya sesali dan syukuri hari ini. Berikut 5 hal tersebut:


5 Hal yang saya sesali

Was not too serious to learning math and English


Hal pertama yang akhirnya saya harus sesali hari ini adalah kenapa dulu saya tidak pernah serius untuk belajar matematika dan Bahasa Inggris. Untuk hal matematika, mungkin dulu proses perkenalan saya dengan matematika tidak terlalu baik. Mungkin dari diri saya sendiri ataupun ada faktor dari luar diri saya yang mempengaruhi. Saya akui bahwa dulu saya belajar matematika dengan cara yang salah, saya belajar matematika dengan cara menghafal rumus yang digunakan. Saya masih ingat ketika SD saya begitu cemas karena saya belum hafal dengan rumus-rumus untuk menghitung geometry, seperti luas, volume dll. Cara belajar ini yang membuat saya akhirnya hanya hafal namun tidak paham dengan apa yang saya hitung dan it uterus berlanjut hingga SMA. Selain itu, hanya sedikit guru yang mengajarkan matematika dengan baik. Kebanyakan guru yang mengajarkan hanya dengan menampilkan rumus-rumusnya saja tanpa menjelaskan prinsip-prinsip dasar dari rumus atau fungsi matematika itu sendiri. Hubungan saya dengan matematika juga kian menjadi buruk ketika saya merasakan perundungan karena saya tidak cukup baik dibidang ini. Belum lagi dengan adanya stigma bahwa orang yang tidak pandai matematika adalah orang yang bodoh. Jelas ini semakin menurunkan mental saya dan akhirnya semakin tidak bersemangat untuk bercumbu dengan yang namanya matematika.


Rasa penyesalan itu semakin terasa ketika saya berkuliah di bidang teknik dan bertemu dengan namanya mata kuliah ā€œmatematika terapanā€. Dan tidak dapat dipungkiri bahwa penyesalah itu pun terus berlangsung hingga hari ini, meskipun beberapa kali saya coba untuk melakukan tes psikologi hasilnya ternyata ā€œI’m not good enough in mathā€. So, I really regretted why I never push myself to learn math harder.


Untuk hal Bahasa Inggris, ini adalah penyesalah yang begitu terasa ketika saya mulai beranjak menjadi mahasiswa. Saya tidak pernah terlalu serius untuk belajar Bahasa Inggris, padahal seperti yang kita tau bahwa kita sudah belajar Bahasa Inggris sejak kelas 3 SD hingga ditingkat perguruan tinggi. Penyesalah semakin berat ketika tau bahwa untuk lulus dari perguruan tinggi harus lulus tes Bahasa Inggris yang bernama TOEFL. Saya begitu struggle untuk bisa lolos dari momok yang namanya TOEFL ini. Saya sangat menyesal ketika saya tidak mengikuti saran orang tua untuk segera mengikuti les Bahasa Inggris padahal ketika itu orang tua sudah mempersiapkan biaya untuk itu.


Terkait dengan permasalahan Bahasa Inggris, akhirnya saya coba untuk realized bahwa saya memang butuh ini dan harus mengikuti les Bahasa Inggris. Akhirnya saya memaksakan diri dan mengumpulkan niat untuk coba belajar di Kampoeng Inggris di Pare Kediri. Saya memutuskan untuk stay disana selama 1 bulan. Dan tak bisa saya pungkiri bahwa turning point dari kemampuan Bahasa inggris saya hari ini adalah karena saya memutuskan diri untuk pergi ke Pare. At least my confident was increased after I went to Pare. Even my grammar still not good enough but it still enough to survive when I go to overseas. Haha…


Tapi saya tetap menyesal kenapa saya tidak belajar Bahasa Inggris dengan serius sedari kecil. Dan ketika saya memiliki anak, saya berjanji untuk tidak mengulanginya pada anak saya dan berusaha untuk introduce English to my son as soon as possible and exposure my son with English videos.


Regret to not choosing Urban Planning Department


Sebenarnya ini adalah hal yang tidak harus disesali, karena toh hari ini saya sudah memilih Teknik sipil sebagai bidang expertise saya. Namun, jika seandainya saya bisa mengulang waktu saat saya baru lulus SMA saya akan memilih Urban Planning.


Jadi, dulu ketika menjelang lulus SMA, saya baru mengetahui bahwa ada jurusan kuliah yang bernama Urban Planning atau biasa disebut planology atau tata kota, dan saya langsung tertarik pada bidang ini. Ketika itu saya bicara pada bapak saya jika saya akan memilih urban planning untuk jurusan kuliah saya. Mendengar hal itu, bapak saya kurang setuju dan tetap menyarankan saya memilih teknik Sipil. Wajar sih, karena influence terkait bidang konstruksi cukup melekat dikeluarga. Selain karena dulu bapak adalah alumni STM bangunan, alumni teknik sipil dan saat itu bekerja di Kantor yang berurusan dengan infrastruktur sehingga begitu kental dengan bidang konstruksi dan saya pun sudah mulai dikenalkan dengan dunia konstruksi sejak masih kelas 2 SMP.


Singkat kata, setelah saya lulus SM Adan akhirnya berkuliah, Teknik Sipillah yang saya jalani. Sedangkan planology tinggallah mimpi. Hingga pada tahun kedua saya menjadi mahasiswa, bapak saya tiba-tiba berkata ā€œsepertinya planology bagus jugaā€. Jeng-jeng… tiba-tiba saya terhenyak dan berkata ā€œkenapa ga bilang dari dulu, ini saya sudah tahun kedua berkuliah di Teknik Sipil, masa mau mengulang kuliah lagi, pak?ā€ dengan sedikit gurau.


Tapi ya sudah, nasi sudah jadi rengginang, saya tetap melanjutkan apa yang sudah saya mulai dan menyelesaikan kuliah di Teknik Sipil dan memilih bidang hidroteknik yang juga atas saran dari bapak saya. Jadi sebenarnya saya hanya follow the father suggestion. Bukan karena saya tidak bisa memilih dan mandiri untuk hal ini. Tapi lebih kepada sebuah keyakinan yang hingga kini pun saya tetap teguh dengan keyakinan ini. Keyakinan itu adalah apapun yang dipilih oleh orang tua tentu ada restu, ketulusan dan yang penting adalah keridhoan didalamnya, karena tidak ada orang tua yang akan menjerumuskan anaknya. Sesulit dan setidak-nyamannya pun pasti masih ada doa orang tua didalammnya.


Meskipun saya pernah merasa menyesal tapi tidak apa. Dan kesempatan untuk belajar banyak tentang planology saya dapatkan dari proses studi lanjut saya dan interaksi dengan beberapa teman kerja yang bergelut dengan bidang planologi. Hingga akhirnya saya pernah mendapat kesempatan untuk mengajar di jurusan planology.


Not to brave to say ā€œNoā€


Ini adalah hal yang paling saya sesali hingga hari ini. Saya sulit untuk berkata tidak atau menolak beberapa hal yang kadang itu justru bisa berdampak negative dikemudian hari. Terlebih itu jika berupa permintaan bantuan untuk membantu pekerjaan orang lain. Kadang ada hal sebenarnya yang akhirnya membuat saya terbebebani tapi karena rasa ā€œsungkanismeā€ saya yang lebih besar akhirnya ya sudah tetap saya terima dan kerjakan.


Memang kadang ada yang bicara menjadi ā€œyes manā€ itu bagus untuk karir. Tapi ternyata kadang kita juga harus tau dimana limit kita dan harus tau kapan harus berkata tidak. Karena jika kita tidak mampu untuk mengontrol kapan kita harus berkata tidak, maka yang terjadi adalah gangguan psikis yang bisa saja terjadi. Psikis kita bisa saja kelelahan karena harus melakukan hal yang sebenarnya kita tidak suka atau tidak mampu, tapi karena rasa sungkan akhirnya hal itu tidak terhindarkan.


Refuse the opportunity to take cooking and culinary class


Suatu ketika, (seingat saya) ketika tahun kedua studi S2, bapak saya menawari saya untuk mengikuti les memasak atau les membuat kue di Surabaya. Saya tidak begitu serius untuk menanggapi tawaran bapak saya ini. Padahal ternyata, saat ini peluang usaha didunia ini sangatlah besar. Jika saja ketika itu saya menyanggupi tawaran bapak saya, tentu keinginan saya untuk membuka sebuah cafƩ akan jadi lebih mudah. Jikalau pun saya belum bisa membuka cafƩ, saya akan punya kemampuan membuat kue yang bisa saya produksi dengan preorder sebagai tambahan penghasilan setiap bulan.


This story was proven that the blessing of the parents is very important. I really regretted my decision at that time. If I have a chance and time to join the culinary class, I will join it with all my pleasure.


Never join the disaster volunteer program


Hingga saat ini saya masih ingin menjadi seorang sukarelawan untuk kejadian bencana khususnya bencana alam. Dulu, ketika gunung kelud dan merapi meletus saya ingin sekali terjun untuk menjadi seorang relawan. Tapi orang tua belum memberikan restu kepada saya untuk mengikuti kegiatan seperti ini. Memang, saya paham bahwa untuk mengikuti kegiatan seperti ini dibutuhkan mental dan skill yang harus mumpuni. Tapi, jika ada pengiriman relawan, tentu lembaga-lembaga pengirim relawan yang akan memberikan pelatihan dasar terlebih dahulu. Sehingga kita bisa menyesuaikan diri ketika dilokasi bencana.


Keinginan saya untuk mengikuti ini murni berangkat dari rasa kemanusiaan dan keinginan untuk bisa terjun langsung membantu para korban bencana. Entah kenapa, hal itu terus mengusik pikiran saya, seolah kepala saya dipenuhi dengan pertanyaan ā€œkapan kamu jadi relawanā€.


Untuk sedikit mengurangi rasa keinginan yang belum tercapai itu, saya melampiaskannya dengan mendedikasikan diri saya dalam hal akademin yang terkait dengan bencana, khsusnya bencana banjir yang saya geluti saat ini. Selain itu saya berusaha untuk terus mencari koneksi dan bantuan dari beberapa teman saya untuk bisa bergabung dalam tim ahli bencana, relawan atau apapun yang terkait dengan penanganan bencana baik itu dari Basarnas, BNBP, BPBD atau lembaga legal lainnya.


Semoga suatu saat nanti saya bisa menjadi bagian dari tim pada program atau kegiatan penanggulangan bencana.


5 Hal yang saya syukuri

Having parents and family


Bicara tentang apa yang harus disyukuri, maka memiliki orang tua dan keluarga adalah jawaban yang paling utama setelah memiliki Tuhan. Ya, hal sederhana tapi berharga seperti ini menjadi nikmat yang paling luar biasa yang kadang sering kita lupakan.


Kadang kita lupa untuk bersyukur bahwa orang tua adalah nikmat terbaik dari Tuhan. Karena orang tua kita ada dan bisa tumbuh besar. Terlebih dengan kondisi lengkap dan semua sehat. Karena tidak semua orang bisa berkesempatan memiliki nikmat seperti ini. Misal ada orang yang lahir saat salah satu orang tuanya sudah meninggal atau saat tumbuh dewasa orang tuanya bercerai. Jika kita berkaca pada mereka, sungguh kita adalah orang yang cukup beruntung. Tapi juga jangan berfikir bahwa mereka yang orang tuanya tidak lengkap termasuk orang orang yang tidak beruntung. Mereka juga termasuk orang orang yang beruntung dibanding dengan orang-orang yang tidak punya keduanya atau coba bayangkan bagaimana perasaan orang-orang yang terpaksa harus tumbuh besar di panti asuhan yang kadang tanpa tau siapa orang tua mereka. Saya tidak bisa membayangkan betapa beratnya beban hidup yang harus mereka pikul, bahkan tak sedikit yang mengalami hal yang lebi dari itu.


Jadi untuk mensyukuri nikmat tersebut maka selalu berbaktilah kepada orang tua. Seburuk apapun kondisinya, mereka tetaplah orang tua kita. Dan sedewasa apapun dirimu, kamu hanyalah seorang anak kecil lucu dimata orang tuamu. Hormati dan hargai mereka apapu kondisinya. Semoga kelak saya bisa membalas jasa orang tua saya meskipun itu hanya seper-nano persen dari apa orang tua berikan kepada kita.


Begitupun dengan keluarga. Bersyukur saya masih bisa diberi kesempatan untuk bisa memiliki keluarga, anak dan istri. Walaupun saat ini kami hidup berpisah karena harus menyiapkan bekal masa depan keluarga kami. Dan rasa syukur lainnya adalah meskipun keluarga kecil saya harus hidup terpisah sementara, tapi masih ada orang-orang yang berjasa untuk membantu membesarkan anak saya, baik itu orang tua saya sendiri, mertua, kakak, adek dan keluarga lainnya. Sehingga anak saya masih bisa tumbuh dengan baik meski bapaknya tidak selalu mendampinginya setiap hari.


Bersyukurlah kalian yang bisa selalu berkumpul dengan keluarga, bisa bertemu anak dan istri kalian setiap hari. Sedangkan hal itu menjadi barang yang mahal dan sulit bagi kami. Bersyukurlah kalian yang bisa menggendong anak kalian setiap pagi dan bermain bersama dikala sore hari.


Being underestimated and bullied


Menjadi orang yang direndahkan atau mengalami perundungan bukanlah hal yang mudah. Karena hal ini sudah pasti tentu sangat menngangu mental dan psikis orang yang mengalaminya. Dan saya beruntung pernah menjadi orang tersebut, dan hingga hari ini pun kadang saya masih sering mengalami hal ini.


Ada rasa syukur dan hikmah yang bisa diambil dari hal ini. Satidaknya saya tau perasaan orang yang direndahkan dan di rundung, sehingga saya tidak akan pernah melakukan hal itu kepada orang lain. Karena saya tau bahwa dampak yang diakibatkan oleh hal ini bisa sangat fatal. Selanjutnya adalah rasa syukur karena dengan direndahkan dan di rundung, saya bisa memiliki rem dan mengontrol diri untuk bisa terus berusaha menjadi orang yang tidak sombong dan arogan. Tapi kita untuk menangani hal ini, kita harus tau bagaimana cara menyikapinya dan bagaimana untuk terus berusaha tetap sabar dan tenang.


The easiest ways are just smiling, stay humble and keep struggle to prove them wrong about you and keep struggle until you succeed and make them think that you use a heretic ritual (pesugihan) and they will say ā€œhe/she is my familyā€. Wkwkwkwk


Was ever being a bad-boy


Memang, hal ini tidak dapat saya pungkiri bahwa saya bukanlah anak manis, dan sempurna yang selalu anteng dikelas dan hanya bergelut dengan buku. Oww, saya bukanlah orang yang seperfect itu. Dicap nakal, iseng atau bandel serta dihukum disekolah sepertinya sudah menjadi menu wajib bagi saya. Mulai dari hal sederhana seperti rambut gondrong saat sekolah dan akhirnya dicukur ngawur oleh guru, bolos atau kabur dari sekolah, berkelahi, tawuran dan dan balap liar di jalanan sudah pernah dicoba.


Terkait dengan urusan bandel, ada hal yang paling menarik ketika saya SMP. Saat itu saya masih duduk dibangku kelas 3 SMP. Ketika itu saya menjadi salah satu bagian dari kordinator demo siswa yang menggeruduk kantor dinas pendidikan di kota tempat saya bersekolah. Hal ini karena adanya berita yang simpang siur tentang tidak bisanya kami masuk dalam salah satu SMA terbaik di kota kami. Untuk membuktikan kebenaran hal itu saya dan teman-teman memutuskan untuk melakukan aksi demo ke Dinas Pendidikan untuk mengkonfirmasi hal ini. Jiaaa, ternyata jiwa demo sudah dari kecil, untung pas mahasiswa ga sampe keterusan. Singkat kata, setelah kami melakukan orasi didepan kantor dinas pendidikan, kami juga menuntut untuk dilakukan mediasi. Hingga akhirnya perwakilan dari kami termasuk saya bertemu dengan permakilan dinas pendidikan untuk berkomunikasi dan memperjelas duduk permasalahan dari berita yang beredar. Setelah dilakukan mediasi, ternyata berita yang tersebar tidak benar, alias berita bohong atau HOAX. Wah-wah-wah, ternyata jaman hanphone masih monochorome aja sudah ada hoax, haha. Tapi lumayan lah, ketika kemaren orang bertebaran, jadi sudah tau bagaimana harus menyikapinya. wkwkwk.


Ya, terlepas dari kenakalan yang pernah dilakukan, ini adalah satu hal yang cukup saya syukuri karena nakal saya tidak telat. Pernah menjadi anak bandel saat masih kecil membuat saya tau bagaimana rasanya dan tau bagaimana menghindarinya kelak jikalau ada teman yang mengajak saya kembali nakal. Dan yang terpenting, ketika saya berada dimasa nakal, saya masih bisa menahan diri untuk tidak maling, merokok, tidak mabuk dan narkoba. Dan hingga hari ini, insyaallah belum pernah ada alcohol dan narkoba dalam darah saya. Meskipun saat kuliah dulu saya juga memiliki teman yang menjadi pemakai, baik itu jenis obat (semacam inex) dan ganja atau cimeng. Merokok pun hanya coba-coba dan hasilnya saya ga bakat ngerokok, karena batuk-batuk. hahaha.


Dan satu lagi, menurut saya, nakal tidak harus selalu diinterpretasi sebagai anak nakal sama dengan anak bodoh. Pengalaman nakal dapat menjadi sebuah pelajaran dimasa depan. Sehingga kita bisa tau batasannya dan bagaimana cara menyikapinya.


Ever feel failed, lose and depressed


Pernah merasakan gagal, kalah dan depresi tentu akan menjadi pengalaman yang berharga. Terlebih untuk dimasa mendatang yang kita tidak pernah tau akan seperti apa. Salah satu pengalaman yang berharga tentang kekalahan adalah saat saya masih aktif untuk mengikuti kompetisi basket. Kompetisi mengajarkan kita untuk bijak menyikapi kemenangan dan kekalahan. Menjadi pemenang tentu juga harus siap untuk kalah. Kita bisa menang tanpa merendahkan musuh kita, dan jikalau kalah pun kita harus kalah terhormat dan menerima kekalahan.


Bercerita gagal pun cukup banyak, terlebih saat saya harus memulai mencari kerja. Memasukkan lamaran kesana-kemari dan ikut tes sana-sini dan berujung gagal pun pernah saya alami. Meskipun juga ada yang mungkin lebih parah dari saya. Stress dan depresi pun sempat juga menghampiri, tapi masih ada teman dan keluarga yang tetap memberikan support agar tidak menyerah.


Hal yang disyukuri dari ini adalah kita bisa lebih bijak dalam menghadapi kekalahan, kegagalan dan depresi. Meskipun saya juga tidak naif bahwa itu adalah hal yang berat. Butuh waktu untuk dapat membuat keadaan menjadi normal kembali. Menangani kekalahan, kegagalan dan depresi tentu akan menguras tenaga dan pikiran. Dan khusus untuk tingkat depresi, jika memang kita tidak kuat untuk menanganinya sendiri jangan pernah malu untuk mencari bantuan, misal teman atau keluarga atau jika perlu konsultasikan ke psikolog, jangan ke dukun ya.


Mungkin dengan bertemu atau ngobrol atau curhat kepada teman, keluarga atau psikolog dapat membantu kita segera menyelesaikan atau bangkit dari permasalahan seperti ini.


Still alive


Yang terakhir yang harus saya syukuri adalah hingga hari ini saya masih diberi kesempatan menikmati hidup. Ada beberapa kejadian yang hampir membuat saya tinggal nama. Mulai dari hal psikis seperti hingga waktu kecil pernah berkata ingin mati saja, hingga kejadian kecelakaan.


Dulu ketika masih jaman balap liar, saya mengalami kecelakan jatuh dari sepeda motor bersama teman saya. Saat itu saya membelok dengan kecepatan tinggi dan ban saya slip dan akhirnya saya dan teman saya terjatuh dan terseret hingga kepinggir jalan. Seandainya saja waktu itu saya terseret lebih jau dan kepala membentur beton selokan mungkin saja saya bisa out saat itu. Karena beberapa waktu sebelumnya ada seorang teman dari teman saya yang jatuh dan meninggal ditempat yang lokasinya tidak jauh dari lokasi saya jatuh. Untungnya tidak apa-apa hanya keseleo, lebam dan kulit ditangan dan paha terkelupas hingga terlihat warna putih daging segar. Dan yang lebih parahnya, tidak ada orang yang mau menolong padahal sekitar 30 meter dari lokasi ada pangkalan ojek yang terdapat beberapa tukang oek disana. Disitu saya merasa seperti hanya dianggap sebagai kucing jatoh dan tidah dianggap manusia.


Masih soal selamat dari maut. Ketika saya dalam perjalanan pulang dari malang menuju Surabaya, saya terlibat tabrakan beruntun didaerah Bakpao Telo, Pandaan. Kebetulan saya bersama keluarga dan saya sebagai drivernya. Ketika tabrakan beruntun, saya berada ditengah, sehingga tertabrak depan belakang. Untungnya mobil yang menabrak kami selanjutnya hanya 2 mobil avanza. Ketika itu saya menggunakan mobil sedan dan coba bayangkan jika yang menabrak itu adalah bus atau truk, jelas mobil yang saya tumpangi hanya akan menjadi krupuk. Saat itu mobil saya hanya ringsek dibagian depan, dan setelah kejadian itu saya tidak berani untuk menyetir mobil kurang lebih 1,5 bulan. Tangan saya gemetaran ketika mencoba menyetir kembali dan butuh waktu penyesuaian untuk kembali normal.


Bicara tentang nikmat kesempatan hidup. Saat ini pun saya masih bersyukur masih dapat hidup ditengah penyebaran virus Corona yang masih menghantui tempat kami tinggal. Kami berusaha tetap tenang dan tetap waspada meskipun berita terkait virus ini masih cukup mengkhawatirkan.

Semoga Allah SWT selalu melindungi saya, teman-teman dan keluarga dari bahaya virus yang mematikan ini. Dan tidak lupa untuk terus bersyukur bahwa Tuhan masih memberikan kesempatan kita untuk hidup dan berbuat kebaikan didunia. Jangan pernah berfikir bahwa hidup ini akan terus linear dengan apa yang kita usahakan. Kalaupun kita rajin berolah raga dan makan yang sehat, itu hanyalah cara kita untuk menjaga diri, menghargai dan mensyukuri nikmat hidup. Kita harus bisa menyakini bahwa kita bisa saja dipanggil pulang oleh sang pemilik semesta.


Yaps, cukup sekian dulu terkait tentang 5 hal yang disesali dan disyukuri saat ini. Setiap penyesalah tentu memiliki hikmah terselubung yang harus kita gali dan temukan. Hingga kita bisa menjadi lebih baik dan bijak dalam menjalani hidup.


Pun begitu dengan rasa syukur. Hal yang harus selalu kita tingkatkan intensitasnya dan jaga konsistensinya. Karena pada dasarnya seluruh nikmat itu hanyalah pinjaman, pemberian dari Sang Pemilik Alam.


Cukup sekian dulu, bagi kalian yang membaca, saya tantang kalian untuk menuliskan 5 hal yang harus disesali dan disyukuri hari ini. Silahkan tulis dikolom komentar ya. Atau bisa kirimkan melalu private mail.



Jangan lupa Like, Subscribe dan Share artikel ini kalau kalian suka ya.

(Halah kok malah koyok Youtuber wae c@k, iki lho cuma blog tok, rasah kakean polah, wkwkwkwk)


_____


RBS, Feb 2020

Comments


"Allah is He who created death and life to test you as to which of you is best in deed" - Qur'an, Al Mulk 67:2

06 Logo FIX RED 2.png

Yakinlah Sambatmu kelak akan mengubah dunia

@2023 Bennysukmara.com

bottom of page