Jangan Asal Semprot Disinfektan!
- R. B. Sukmara (Author)
- 31 Mar 2020
- 2 menit membaca
Diperbarui: 12 Jan 2023

Akhir-akhir ini banyak orang yang mulai membuat ramuan disinfektan DIY alias bikinan sendiri untuk menanggulangi penyebaran virus Corona. Hal ini karena adanya informasi yang beredar dimasyarakat tentang cara bagaimana membuat larutan disinfektan sendiri. Dalam informasi itu terdapat berbagai macam bahan yang digunakan lalu dicampurkan menjadi satu. Bahan-bahan yang digunakan ada yang berasal dari cairan pemutih pakaian, minyak essensial, alcohol dan lain-lain.
Meskipun bahan-bahan ini diramu sendiri, cairan ini cukup efektif untuk melawan penyebaran virus. Namun kefektifan penggunaan cairan disinfektan DIY ini tetap tergantung pada ketelitian dari komposisi penyusunnya dan waktu kontaknya. Berdasarkan sebuah artikel dari Sekolah Farmasi ITB, dikatakan bahwa efektifitas (disinfektan) dievaluasi berdasarkan waktu kontak, yaitu waktu yang dibutuhkan oleh disinfektan untuk tetap berada dalam bentuk cair/basah pada permukaan dan memberikan efek membunuh kuman yang umumnya berkisar antara 15 detik sampai 10 menit.
Nah, yang jadi permasalahan terkait disinfektan DIY ini adalah adanya kesalahan cara penggunaan dimasyarakat umum. Mereka menggunakan disinfektan ini dengan cara menyemprotkan langsung ketubuh manusia. Jelas ini cara yang tidak tepat karena akan sangat berbahaya bagi kesehatan khusunya dalam jangka panjang. Cairan disinfektan ini bukan untuk tubuh manusia, namun digunakan untuk benda-benda mati seperti pakaian, perabotan atau perlengkapan-perlengkapan ditempat umum, dll.
Kesalahan cara penggunaan cairan disinfektan ini pun menjadi perhatian khusus dari para peneliti di Sekolah Farmasi ITB bahkan Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) Indonesia pun ikut menyoroti hal ini.
Dalam akun twitternya, WHO Indonesia memperingatkan public untuk tidak menyemprotkan atau memakainya langsung ke tubuh manusia. Sebab beberapa kandungan larutan disinfektan justru meyimpan resiko kesehatan.

Lalu, dalam artikel yang dipublikasikan oleh Sekolah Farmasi ITB mengatakan bahwa WHO tidak menyarankan penggunaan alcohol dan klorin (bahan penyusun cairan disinfektan) ke seluruh tubuh karena akan membahayakan pakaian dan membrane mukosa tubuh seperti mata dan mulut.
Masih dari artikel terbitan Sekolah Farmasi ITB tadi dimana dikatakan bahwa meghirup (inhalasi) gas klorin (Cl2) dan klorin dioksida (ClO2) dapat mengakibatkan iritasi parah pada saluran pernafasan. Selain itu penggunaan bahan hipoklorit (bahan pemutih) dalam jangka waktu lama juga dapat mengakibatkan iritasi pada kulit dan kerusakan pada kulit serta penggunaan dengan konsentrasi tinggi juga dapat mengakibatkan kulit terbakar parah.
Artikel dari ITB ini juga mengatakan bahwa penyemprotan disinfektan ke tubuh manusia, udara dan jalan raya dipandang tidak efektif dan juga dapat berpotensi menimbulkan bahaya bagi kesehatan dan lingkungan jika penggunaannya berlebihan. Bahaya yang dimaksud adalah akan timbulnya resistensi (penolakan), baik resistensi bakter atau virus jika cairan disinfektan ini digunakan dengan dosis (konsentrasi) yang ideal.
Dari informasi diatas bahwa sudah sangat jelas bahwa penyemprotan disinfektan yang banyak dilakukan dimasyarakat sangat tidak tepat. Memang, semangat mereka untuk melawan penyebaran Virus Corona sangat bagus dan patut diapresiasi, namun perlu adanya pengarahan dan petunjuk terkait cara penggunaan cairan disinfektan ini dengan benar dan aman sehingga tidak membahayakan kesehatan.
____
Salam #sobatsambat
____
Jangan lupa Like, Subscribe dan Share artikel ini kalau kalian suka ya.
(Halah kok malah koyok Youtuber wae c@k, iki lho cuma blog tok, rasah kakean polah, wkwkwkwk)
____
Sumber:
_____
RBS, March 2020
Comments