top of page

Liburan Nekat & Mlarat ke Kuala Lumpur dan Singapura

  • Gambar penulis: R. B. Sukmara (Author)
    R. B. Sukmara (Author)
  • 7 Mar 2020
  • 17 menit membaca

Diperbarui: 6 Sep 2023


3 Bolang yang akhirnya nekat liburan mlarat ke negeri yang selalu rebutan batik dengan negara kita. 3 orang itu adalah saya, adik saya dan teman saya. Dan begini ceritanya.


Pada Mulanya >>

Ini adalah cerita liburan nekat pertama ke luar Indonesia beberapa tahun lalu. Kalau tidak salah sekitar tahun 2014, tapi saya lupa tepatnya tanggal berapa. Tapi ya udahlah, ditulis aja ceritanya. Emang sih ga’ jauh jauh amat, cuma ke Malaysia dan Singapore doang. Ya, masih jauh lah dengan para traveler-traveler yang udah sampai di Eropa atau Amerika. Tapi buat kami bertiga yang masih mahasiswa, duit ga seberapa dan Bahasa Inggris seadanya ini adalah sebuah liburan ga cukup ga biasa atau bisa disebut agak gila.


Jadi awal semua cerita tentang liburan kali ini berawal dari sebuah keisengan saya pas lagi gabut jaman kuliah lalu buka-buka situs Motogp dan akhirnya ngechekin jadwal Motogp Malaysia. Setelah liat-liat jadwal eh kok tiba-tiba pengen ngechek harga tiket nontonnya, eh ternyata murah. Kl ga salah untuk nonton hillstand Cuma 100 ribuan rupiah. Lha kan saya pecinta MotoGp, lalu siapa yang ga mupeng ngeliat harga semurah ini. Nah, gara-gara keisengan ini akhirnya muncul niatan, yau dah deh sekali-sekali bolehlah nonton langsung di Malaysia.


Setelah niatan itu muncul, saya pun langsung mengajak adik saya untuk ikutan nonton juga. Ya, karena kami sama-sama kental darah balap liarnya. Sudah tau dong pasti jawabannya apa. Ya jelas iya lah..haha


Setelah adik saya yang bernama Veyan ini setuju. Saya pun coba untuk cari-cari info supaya dapat tiket murah. Kebetulan ada teman yang jual tiket-tiket promo ketika itu. Seingat saya harga tiketnya sekitar 700 ribu PP. Karena, waktu itu mau sekalian lanjut ke Singapore, ya udah pesen tiketnya SUB-CGK, CGK-KL dan SG-SUB. Jadi pulangnya lewat Singapura.


Setelah dapat tiket yang cukup lumayan murah, akhirnya saya fixkan untuk berangkat. Nah, waktu itu kepikiran untuk mengajak salah satu kawan yang juga penikmat Motogp yang namanya Bastiar atau biasa saya panggil Kacong, kareda dia berdarah kental asli Madura, hehe.


Singkat kata, saya pun menghubungi si Anak Madura ini dan menyampaikan semua rencana untuk menonton MotoGP langsung ke Malaysia. Dan sudah pasti dong, sesama pecinta Motogp, ya pasti akan jawab iya. Mana tiketnya lumayan murah lagi. Ya sudah, digass aja.


Setelah semua sudah setuju, saya pun langsung memesan tiket keteman yang yang bakul tiket tadi. Dibookinglah penerbangan sesuai jadwal penyelenggaraan Motogp Malaysia ketika itu. Hati udah seneng banget nih, bakalan nonton Om Valentino Rossi ngebut-ngebutan langsung. Selain itu rencana untuk agenda lain di Malaysia pun mulai disusun, mulai dari nanti bakalan nginap didaerah mana dan bakal kemana saja. Semua rencana disusun dengan baik, termasuk kawan saya yang saya suruh untuk segera mengurus passport, karena waktu itu kalau tidak salah dia belum punya pasportnya.


Jadwal penerbangan kami kalau tidak salah sekitaran 2 minggu kedepan dari hari pemesanan tiket. Hati udah ga sabar pengen liburan dan nonton Motogp. Tapi tiba-tiba ada hal yang tak terduga. Rencana yang semua sudah disusun rapi dan udah manteb banget seketika berantakan gara-gara jadwal UTS adik saya berubah jadwal. Ya, gimana lagi, sebaik-baiknya manusia berencana, tetap Tuhan juga yang merealisasikan. Dari yang awalnya UTSnya akan dilaksanakan setelah jadwal kita ke Malaysia, tapi dimajukan dank ok ya pas banget dengan jadwal kami ke Malaysia.


Setelah pusing, mumet, kecewa dan debat panas dengan adik saya, sampai-sampai adik saya bilang untuk tidak jadi ikut. Waduh, disini saya langsung lemes. Ya karena selain mau nonton Motogp, sebenarnya saya punya tujuan lain dan tujuan lain itu adalah membawa adik untuk liburan keliar Indonesia. Biar dia punya pengalaman dan jika dia suatu saat ingin liburan backpacker jesana lagi, sudah tau alurnya seperti apa. Maklum, saat itu adik saya baru 1 tahun jadi mahasiswa. Dan kami pun bukan berasal dari kota besar yang familiar dengan yang namanya luar negeri.


Akhirnya, saya putuskan untuk menunda keberangkatan menyesuaikan jadwal adik saya menyelesaikan UTS. Saat itu kalau tidak salah saya mundurkan lagi 2 minggi dari jadwal awal. Saya pun langsung menghubungi kawan saya si Anak Madura dan menjelaskan kalau ada masalah dan harus merubah jadwal dan batal total untuk nonton Motogp. Untungnya kawan Madura saya ini orang baik dan mau menerima penjelasan saya dan tidak masalah kalau batal nonton Motogp.


Setelah semua pasukan sudah clear untuk merubah jadwal liburan, saya pun menghubungi kawan yang jual tiket tadi dan mengatakan bahwa saya terpaksa harus reschedule flight. Karena ini adalah tiket promo-an yang waktu itu adalah hal yang langka, saya pun sedikit cemas jika flight ini tidak bisa direschedule. Setelah menunggu sekitar 2 hari, akhirnya kawan saya menghubungi saya dan mengatakan bahwa tiket penerbangan bisa direschedule. Alhamdulillah…. agenda liburan tetep bisa jalan dan uang tiket tidak jadi hangus. Lha kalo hangus ya miris lah, isi dompet udah dikuras abis untuk beli tiket.


Setelah berjalan beberapa minggu, akhirnya kelar juga UTS adik saya. Itu tandanya waktu keberangkatan liburan kami sudah dekat. Meskipun batal nonton motogp ya udah lah, jalan-jalan aja disana. Itinerary mulai di susun ulang, mulai browshing-browshing penginapan yang layak dengan dompet. Karena dari awal niat kami adalah liburan backpacker ya udah, destinasi wisata cari yang semurah mungkin kalau bisa gratis. Mulai hitung-hitung biaya makan, nginap dan transportasi selama disana. Dan ingat, ini liburan nekat dan mlarat, jadi kesana focus liburan dan bukan belanja-belanja.


Akhinya, hampir tiba juga waktunya kami berangkat. Sehari sebelum berangkat kami semua menyiapkan perlengkapan mbambung dinegeri seberang. Mulai dari nukar duit ke money changer (karena waktu itu belum paham kalau bisa narik duit di luar negeri) sampai menyiapkan perlengkapan lainnya. Saya memutuskan untuk meminjam carrier dari teman agar bisa bawa barang dengan nyaman. Dan jangan lupa, ini penerbangan Low Cost Carrier yang kalian semua sudah tau kan kalau bagasi Cuma dapat jatah 7 Kg. Jadi kita atur supaya bawaan bagasi tidak lebih dan juga memperkirakan bagasi saat pulang, karena pasti akan membeli sedikit oleh-oleh dari sana.


Persiapan malam sebelum berangkat (Note: Tas Carrer nebeng temen kampus)

Malam sebelum berangkat pun kami make sure lagi perlengkapan yang kami bawa terutama dokumen perjalanan seperti Pasport dan flight ticket. Karena dulu saya masih katro, tiket pun masih pake print-print-an. Belum ngerti e-ticket. Hedeh parah…


Dan…. Akhinya kami berangkat juga. Kalau tidak salah ingat, waktu itu kami semua berkumpul di kosan saya dan kita berangkat bareng ke Bandara Juanda Surabaya. Penerbangan awal akan transit di Jakarta, lalu dilanjutkan ke Kuala Lumpur.


Start di Bandara Juanda, Surabaya

Tidak beberapa lama diruang tunggu akhirnya panggilan untuk masuk pesawat pun terdengar. Kami pun bergegas untuk masuk ke pesawat. Saat itu kalau tidak salah saya pakai Lion Air dan Air Asia saat penerbangan ke Malaysia.


Setelah sekitar 1 jam penerbangan ke Jakarta, penerbangan selanjutnya akan menggunakan Air Asia (Saya lupa berapa lama transit di Jakarta, yang jelas lebih dari 2 jam, karena saat itu saya masih sempat makan dulu di bandara).


Transit di Jakarta (CGK)

Setelah sampai di Jakarta, karena hanya saya sudah pernah terbang ke luar negeri (meskipun baru sekali), jadi saya yang mulai mengarahkan 2 orang pasukan saya ini. Mulai dari check-in di International flight hingga di Imigrasi. Setelah semua proses checkin dan imigrasi beres, akhirnya kami masuk keruang tunggu. Finally, berangkat juga liburan…. liburan gila…hahaha.


Dan setelah masuk pesawat dan melihat mbak-mbak pramugari yang cantik memberikan pengarahan safety, saya pun memilih untuk tidur selama penerbangan. Ya kalau ga tidur mau ngapain, wong ini pake Low Cost carrier, yang jangan ngarep dapet makanan dong kalau ga’ beli atau pesen duluan. Hahaha. Ya sudah, untuk hemat energy, lebih baik hibernasi selama kurang lebih 2,5 jam.


Setelah cukup pulas hibernasi, saya pun terbangun menjelang waktu landing. Saya lihat penadangan yang hijau di sekitar bandara Kuala Lumpur, yang ternyata semuanya pohon sawit. Sama kaya dikampung saya di Tanah Grogot, haha. Jauh-jauh ke Malaysia akhirnya liat sawit juga…


Saat sebelum landing, saya pikir akan mendarat di gedung terminal LCCT seperti informasi yang saya dapat di Internet. LLCT adalah gedung terminal yang biasa dipakai untuk penerbangan Low Cost Carrier seperti Air Asia, dimana kondisi terminalnya tidak semegah Terminal KLIA yang selalu jadi icon permainan Monopoli. Agak kecewa sih, karena saya tidak akan liat gedung terminal megah yang ikonik itu. Tapi ternyata saya kurang update info, LCCT ternyata sudah tidak digunakan sejak 9 Mei 2014. Maka saya pun turun di termina KLIA2 yang megah dan ikonik itu.


Setelah mendarat dengan lumayan mulus, kami pun langsung menuju ke Imigrasi untuk ngecap paspor. Dan setelah paspor di cap, resmilah kami sebagai turis (mlarat) internasional di Malaysia. Karena dari bandara ke pusat kota Kuala Lumpur (KL) ternyata jauh, maka kami harus menggunakan moda transpotasi lain untuk kesana. Ada 3 pilihan transpotasi umum menuju KL, yaitu Taxi, KLIA Express dan Bus. Jelas dong kita bakal pilih yang mana kan? Ya yang paling murah lah…dan yang paling murah itu adalah Bus. Saya lupa ketika itu berapa biayanya (kalau pake info tahun 2020, sekitar 11 Ringgit), dan saat itu pulan mulai berkuranglah duit yang ada didompet.


Setelah kami dari KLIA menggunakan Bus selama kurang lebih 45 menit, sampai juga kita ke stasiun KL Sentral. Dan jreng-jreng… sampai di KL Sentral tau dong apa yang kita rasakan. Ya bingung lah… haha. Udah pertama kali, ga tau MRTnya dimana, akhirnya setelah bingung dan tany kepetugas. Akhirnya ketemu juga stasiun MRTmya. Bermodalkan peta yang kami dapat gratisan di airport, kami langsung menuju stasiun yang terdekat dengan Petaling Street. Ya karena disanalah lokasi hostel-hostel yang pas untuk kalangan turis mlarat seperti kami. Akhirnya kami memilih untuk turun di Stasiun MRT Tun Sambathan.


Nah, ada kejadian lucu saat saya pertama naik MRT di KL ini. Karena MRT Malaysia menggunakan koin untuk perjalanan single trip, saat masuk gate MRT saya pikir koin itu dimasukkan dong ya. Pede aja saya masukkan koinnya karena saya pikir bakal keluar lagi seperti kartu single trip di SMRT Singapore. Dan setelah saya masukkan koinnya, ternyata ga keluar lagi. Saya panic dong… trus daya keluarnya nanti gimana ? haha. Untunglah saat saya clingak-clinguk kebingungan itu ada petugas stasiun yang baik dan membantu saya. Saya diberikan koin lagi untuk keluar dari gate dan sambil menjelaskan bahwa koin cukup di Tap saat masuk dan baru dimasukkan saat di gate keluar.Hedeh, malu coy, kliatan banget katroknya ini…


Dari stasiun KL Sentral ke Stasiun Tun Sambathan membutuhkan waktu yang relatif singkat, kayaknya ga nyampe 10 menit. Dari sana kami turun dan seperti biasa, bingung tanpa arah. Akhirnya kami ingat bahwa kami punya Dora dan katakan peta-katakan peta. Saya dan pasukan pun coba untuk membaca peta, dan ternyata Petaling Street, masih lumayan jauh dari stasiun itu dan harus jalan kaki. Ya kalo naik Taxi ga mampu duitnya.


Jalan kaki setelah turun dari Stasiun MRT Tun Sambathan

Akhirnya kami bertiga jalan sekitar 20 menitan dan sampailah kami di Petaling. Petaling adalah sebuah Pasar Malam didaerah Chinatown Malaysia yang terkenal sangat ramai saat malam hari. Sesampai disana kami pun mencari hostel yang sudah kami incar sebelum berangkat kemarin. Sembari berjalan mencari alamat hostel yang dituju, kami pun menyusuri jalan Petaling itu sambil liat-liat sekitar. Saat sedang lihat-lihat ternyata kami tidak sengaja melihat sebuah hostel yang menawarkan harga lebih murah dari hostel yang akan kami tuju. Dan tau dong kita bakal ngapain, ya belok lah. Ngapain nyari hostel lain kalau ini ada lebih murah. Toh intinya juga Cuma buat tidur doang. Yang penting ada Kasur, wifi semua aman. Setelah saya dan pasukan coba untuk mengecek hotel ternyata ada kamar yang bisa diisi 3 orang dan tersedia 3 kasur didalamnya. Wah.. pas banget ini, harga murah, ada wifi, ada air hangat dan Kasur 3 biji, rejeni nomplok ini. Saya agak lupa nama hostelnya waktu itu, yang jelas lokasinya ada dijalan Petaling kalau ga’ Hotel Excell Inn atau Hotel Alamanda, saya lupa. Setelah urusan check in beres, kami pun diantar ke kamar dan langsung mandi dan istirahat sebentar.


Setelah beres mandi, istirahat dan sholat bentar, kami pun memutuskan untuk berjalan-jalan di sepanjang Petaling street sambil mencari tempat jual kartu Internet dan warung makan yang murah pastinya. Hahaha. Saat itu kami membeli kartu internet didepan jalan masuk Petaling, kami memutuskan untuk membeli satu kartu saja dan di share bersama untuk ngirit budget. Setelah mendapat kartu, kamipun mencari warung atau kedai untuk mengisi perut. Dan kami pun menemukan warung makan yang cocok dengan dompet kami. Ada warung semacam warteg yang lokasinya ada di ujung jalan Petaling arah Jalan Tun Tan Cheng Lock lalu belok kanan, warungnya ada disebelah Hotel Dragon Inn (sampai hari ini pun warung itu masih ada). Harga makanan diwarung ini sekitar 5 – 6,5 Ringgit sudah sama Es Teh, haha mateb banget lah pokoknya.


Warung Andalan yang saya lingkari merah (Sumber : Google Street View, karena ga sempet ngefoto waktu itu)

Setelah perut kenyang, kami pun balik ke hostel untuk istirahat, karena bersok harus mulai start dari pagi. Sampai dihostel kami pun mengatur kembali rute yang akan kami kunjungi dan harus sesuai schedule karena waktu kami terbatas dan jatah kami di Malaysia hanya 2 hari. Setelah rencana perjalanan dan destinasi untuk besok sudah direncanakan, kami pun beristirahat untuk mengisi tenaga.


Hari Ke-1

Pagi pun menjelang, kami pun bangun cukup pagi dan segera bersiap untuk melaksanan liburan mlarat kami. Tenaga yang kemaren terkuran pun sudah kembali pulih karena semalam tidur cukup nyaman. Agenda hari ini kami awali dengan kembali ke warteg di ujung jalan semalam. Kami makan dan mengisi perut terlebih dahulu, karena perjalanan hari ini masih panjang.


Foto bareng adek dulu di Petaling Street (masih pagi, jadi sepi)

Setelah cukup kenyang dari menu warteg andalan, kami pun memutuskan untuk untuk mengunjungi destinasi pertama. Kami memilih Batu Cave sebagai destinasi pertama karena lokasinya yang paling jauh dan sangat iconic. Dari Petaling Street, kami harus menuju ke stasiun KL sentral dulu untuk bisa naik kereta komuter yang menuju ke Batu Cave. Kami memilih naik kereta komuter karena ini adalah mode yang paling mudah dan nyaman. Setiba di Stasiun KL Sentral, kami pindah dari Stasiun MRT KL Sentra ke stasiun KTM Komuter KL Sentral. Dari sini kita akan memakan waktu sekitar 40 menit menuju ke Stasiun Batu Cave. Pemandangan lumayan bagus sih, minimal bisa lihat suasana Kota KL dari sisi yang lain.


Setelah sampai di Stasiun Batu Cave, ternyata kami masih harus berjalan ke lokasi Batu Cave Temple yang khas dengan patung Dewa Murugan yang tingginya mencapai 42 meter itu. Jarak dari stasiun Batu Cave ke Candi tidak terlalu jauh, hanya sekitar 5 menit dan kita langsung disambut dengan patung Hanoman berwana biru dan saya sempatkan untuk berfoto sebentar di patung itu. Setelah cukup berfoto kami pun langsung menuju Candi Batu Cave. Sesampai disana kami berfoto ria dengan background patung Dewa Murugan. Setelah puas berfoto disitu, kami pun memutuskan untuk naik dan melihat ada pa diatas tangga yang panjang sekalee itu. Saya lupa jumlah anak tangganya ada berapa, yang jelas ketika saya sampai diatas, rasanya capek. hahaha


Sudah mirip sama Hanomannya belum ?



Sesampai kami diatas, ternyata candi tadi adalah sebuah Gua yang didalamnya ada beberapa tempat untuk ibadah umat Hindu yang dihiasi dengan patung Dewa-Dewi Agama Hindu. Saya melihat ada ritual doa yang dilakukan disebuah bangunan dan dipimpin (mungkin) seorang pendeta. Lalu beberapa orang pengunjung yang beragama Hindu juga ikut dalam peribadahan tersebut.


Setelah cukup puas dengan berkeliling Goa, kami pun memutuskan untuk turun dan melanjutkan perjalanan ke destinasi selanjutnya, yaitu KL Tower. Dari Batu Cave kami kembali ke Stasiun KL Sentral. Dari sini kami menggunakan MRT menuju Stasiun Raja Chulan. Seperti biasa, perjalanan dengan MRT relatif singkat dan sampailah kami di Stasiun tujuan.


Ternyata, setelah kami sampai di stasiun Raja Chulan, lokasi KL Tower masih jauh dan akhirnya kami memutuskan tetap berpegang teguh pada prinsip turis mlarat, yaitu tetap jalan kaki demi menghemat dana. Kami berjalan sekitar lebih dari ¾ jam untuk menuju ke KL Tower. Dan kejadian bodoh kembali terulang, kami tidak tau kalau dari gerbang taman KL Tower itu ada suttle bus gratis menuju lokasi KL Tower. Kalau tau ada bus gratis kan mending naik bus ini, lumayan bisa menghemat waktu sekiat 15 menit jalan kaki. hedeh..


Sesampainya di KL Tower, ternyata baru tau kalau masuk ke dalam menara dan observatoriumnya harus banya dan cukup mahal bagi kantong mlarat kami. Akhirnya kami memutuskan hanya berfoto-foto diluar saja. Paling tidak kan sudah kesampaian untuk melihat KL Tower, cukup lumayan lah untuk kebutuhan update medsos.


Abaikan expresinya, cukup fokus ke KL Towernya

Agenda foto bertiga ga boleh lupa dong

Setelah berfoto sampe bosen di KL Tower, kami bertiga harus segera berpindah ke destinasi selanjutnya, yaitu The Iconic Twin Tower Building. Bangunan yang selalu menjadi landmark andalan Malaysia ini menjadi destinasi terakhir hari itu. Dari KL Tower kami kembali memutuskan untuk menuju kesana dengan kaki kami sendiri. Lagi-lagi demi mengirit budget. Sekitar 30 menit lebih berjalan kaki termasuk nyasar-nyasarnya, karena waktu itu hanya mengandalkan peta gratisan dan bukan pakai google maps.


Dan sampailah kami ke Twin Tower yang tinggi menjulang itu. Mumpung masih sore, kami pun berfoto ria disana dan mencoba berbagai pose untuk mendapatkan hasil foto terbaik untuk kebutuhan upload sosmed. Hahaha.


Turis Mlarat lagi happy

Kami pun stay disana cukup lama sambil mengistirahatkan kaki yang udah mau copot dan menunggu lampu Twin Tower menyala. Karena foto akan jadi lebih bagus saat malam hari. Ketika lampu sudah menyala semua, kami pun kembali melakukan hunting foto. Setelah puas berfoto, kami pun langsung kembali pulang menuju Hostel.


Rela nunggu sampe lampunya nyala semua

Sekembalinya ke Hostel, kamipun kembali mampir di Warteg andalan untu mengisi perut yang seharian kosong. Karena memang siang kami ga’ makan dengan alasan ngirit budget. Setelah makan, kami menuju hostel untuk mandi dan lain-lain. Lalu sebelum kembali beristirahat, kami menyempatkan keluar sebentar untuk sekedar berjalan-jalan di Pasar Malam Petaling Street. Sembari menikmati suasana pasar malam, kami juga sambil mencari oleh-oleh kecil yang bisa dibawa pulang, karena besok kami sudah harus melanjutkan perjalanan ke Singapuraa.


Setelah cukup dengan jalan-jalan di Pasar malam dan oleh-oleh pun juga sudah didapat, kami pun kembali ke hotel. Sebelum tidur kami harus beberes dulu, karena besok pagi kami memilih untuk meninggalkan hotel dengan membawa serta barang-barang kami. Karena kami memilih untuk beralih ke Singapuraa menggunakan Bus, kami pun berdiskusi sedikit untuk menentukan bus yang mana yang akan kami gunakan besok. Dan diputuskan bahwa kami akan menggunakan Bus yang berangkat pukul 3 sore dengan harapan sampai di Singapuraa tidak terlalu malam dan MRT belum tutup.


Hari Ke-2

Keesokan paginya, kami pun check out dari hotel dengan membawa barang-barang kami. Sembari menunggu sore, kami pun memutuskan untuk mengunjungi satu destinasi lagi yang jaraknya cukup dekat dengan Petaling Street, yaitu Dataran Merdeka. Tempat ikonik yang menjadi venue Formula Drift Malaysia. Seperti biasa, kami mengawalinya dengan sarapan pagi di water samping Hotel Dragon Inn. Dengan 6,5 Ringgit sudah cukup mengisi perut mlarat kami. Setelah selesai makan, kami pun bergegas ke Dataran Merdeka karena hari itu adalah hari Jum’at, kami juga mengejar waktu agar sempat sholat jum’at di Masjid Negara yang lokasinya dekat dengan dataran Merdeka.


Sesampainya di Dataran merdeka, kami pu menyempatkan berfoto-foto disekitaran Taman Dataran Merdeka yang luas itu. Disana pun terdapat tempat yang iconic untuk berfoto, yaitu tulisan “I LOVE KL) yang sangat instagramable untuk difoto. hehe.


Kami Cinta Malaysia, Hiya-hiya-hiya

Foto ditempat paling Iconik di Dataran Merdeka

Foto di dengan Backgroun gedung yang halamannya jadi arena Formula Drift

Dataran Merdeka

Setelah capek foto-foto disana, kami pun bergegas untuk menuju Masjid Negara untuk menunaikan Solat Jum’at. Setelah menunaikan ibadah solat Jum’at, kami pun bergegas menuju terminal Bus Pudu Raya yang ada di dekat Petaling Street. Setelah cukup lelah berjalan dari Masjid Negara, kami pun sampai di Terminal dan langsung mencari loket bus untuk membeli tiket Bus. Dan apa yang terjadi, kami kehabisan tiket bus menuju Singapuraa yang berangkat pukul 3 sore. Setelah bingung, dan Tanya-tanya petugas, ternyata masih ada Bus ke Singapuraa yang berangkat jam 5 sore. Ya sudah lah, daripada malah ga bisa berangkat, lebih baik terima nasib untuk pake bus malam.


Setelah membeli tiket bus, kami memutuskan untuk menunggu disekutar platform terminal sambi duduk-duduk ngemper dan beristirahat sejenak. Sekitar pukul setengah 5, bus kami pu tiba dan kami langsung memasuki Bus. Karena perjalanan dari Kuala Lumpu ke Singapore akan ditempuh selama kurang lebih 6 jam, jadi mending saya dan pasukan tidur dan beristirahat. Namun, selama perjalanan saya memiliki feeling jelek tapi karena cape, ya sudahlah tidur saja.


Turis Mbambong, dengan Peta pemberian Dora & Swiper

Sampailah kami di Singapura, setelah melewati Imigrasi dan menuju Woodland MRT Station, kami telat dan stasiun sudah Tutup. Dan mulai panic dong… soalnya kami ga tau harus kemana, masa ngemper di pinggir jalan? Setelah sekitar satu jam clingak clinguk ga jelas dipinggi jalan, berharap ada Bus yang menuju ke pusat kota. Akhirnya ada juga bus yang tiba-tiba menghampiri kami. Si Supir Bus pun membuka pintu dan bertanya kepada kami, kemana tujuan kami. Karena saya lihat supirnya adalah orang berdarah India, saya pun menjawab dengan Bahasa Inggris, lah saya malah kena semprot dengan Bahasa melayu. Saya disemprot, gara-gara dibilang gaya pake Bahasa Inggris, soalnya si Supir mengira saya orang Malaysia. haha. Konyol sih.


Singkatnya, saya mengatakan bahwa saya akan menuju kota, tapi MRT sudah tutup. Saya pun bertanya kepasa Supir, bisa kah menolong kami, minimal kami berada didaerah kota. Dan Si supir pun menyanggupi dengan menarik ongkos kepada kami sebesar 10 SGD per orang. Mahal sih, tapi daripada terdampar ga jelas di Kantor imigrasi, ya sudahlah.


Karena sudah merasa aman, kami pun naik Bus mengikuti si Supir. Awalnya saya pikir si Supir akan mengantarkan kami ke daerah yang ramai, atau minimal dekat dengan keramaian. Lha ternyata si Supir mengantar kami ke daerah Kallang dan menurunkan kami dipinggir jalan, karena katanya kami sudah sampai, dan Si Supir akan berjalan dengan arah yang lain. Ketika kami disuruh turun, kami pecaya saja, karena kami pun juga tidak tau ini didaerah mana. Setelah kami turun dan Bus berlalu, baru kami sadar bahwa kami berada ditempat yang sepi dan saat itu sudah pukul setengah 2 malam, dan kita tidak tau arah.


Akhirnya kami memutuskan untuk berjalan saja, sambil membaca rambu jalan dan mencari stasiun MRT terdekat. Karena saat itu saya berfikir, kami bisa tidur di area Stasiun MRT. Setelah kami berjalan kesana kemari, entah bagaimana tiba-tiba feeling kami benar dan menemukan stasiun MRT didaerah itu. Kami menemukan stasium MRT Lavender dan berharap bisa masuk dan istirahat disana. Namun apa yang kami dapatkan, prediksi saya salah dank arena Stasiun MRT sudah tutup, kami pun tidak diperbolehkan masuk stasiun untuk sekedar numpang istirahat. Akhirnya kami memutuskan untuk ngemper didepan Stasiun. Kalau tidak salah juga ada orang seperti saya yang juga ngemper karena MRT sudah tutup. Sepertinya sih orang Indonesia juga, tapi karena kami tidak yakin persis akhirnya kami hanya berkumpul bertiga dan beristirahat. Kami tidur-tidur ayam sambil menjaga barang bawaan kami yang sebenarnya tidak terlalu berharga itu. Haha..


BTW, pengalaman ngemper ini sih jadi pengalam yang paling unik dari perjalanan kami bertiga. Gima ga unik dan keren, kita pernah ngemper dan menggelandang di Singapura loh. Haha…

Hari Ke-3

Setelah beristirahat dengan ala kadarnya, waktu akhirnya menunjukkan pukul 5 pagi, tanda Stasiun MRT segera dibuka. Kami pun bersiap dan bangun untuk menanti stasiun dibuka. Tak lama kemudian Stasiun dibuka, dan kami pun langsung mencari Toilet, paling tidak untuk cuci muka dan sikat gigi. Karena sudah seharian dari pagi sebelumnya kami belum mandi. Hehe..


Setelah cukup untuk menggantengkan diri dari muka yang memang kurang ganteng, kami pun naik MRT menuju daerah Chinatown. Karena setau saya, disanalah banyak terdapat hostel-hostel yang masuk akal untuk kantor mlarat kami. Sekitar pukul setengan 8 pagi, kami sampai didaerah Chinatown. Kami pun memilih Backpacker Inn sebagai tempat istirahat kami di sini. Disini saya lupa, bahwa waktu check in Hostel adalah pukul 2 siang, jadi saat itu kami pun tidak bisa segera masuk hotel dan beristirahat. Kami pun bertanya kepada petugas hostel, apakah kami bisa menitipkan barang sembari menunggu waktu check In? Dan ternyata bisa, syukurlah jadi kami tidak harus membawa barang-barang kami selama menunggu karena kami bertiga memutuskan untuk memanfaatkan waktu menunggu dengan berkeliling Singapura.


Sendal Gunung + Muka Bantal, hajar bleh..

Dengan wajah kusut, baju seadanya dan belum mandi, kami pun berkeliling Singapura. Tujuan pertama kami apalagi kalau bukan Marina Bay. Dari Chinatown kami naik MRT menuju Stasiun Downtown. Karena saya sudah pernah kesini, jadi saya mau membawa 2 pasukan saya melihat Merlion dulu.


Sesampai disana, seperti biasa kami foto-foto dong. Masa ditempat paling instagramable se-Asia tenggara kita ga foto-foto untuk kebutuhan upload Medsos? kan ngga dong pastinya. Sembari menghabiskan waktu, kami santai-santai di Marina Bay dan jalan-jalan disekitaran gedung- gedung dijalan Fullerton Road yang biasanya dijadikan Sirkuit Formula One.


Turis Mlarat didepan Singo

Foto aja dulu, mana tau nanti bisa nginep di Hotel kapal itu

Setelah sudah cukup siang, kami kembali ke daerah China Town untuk check in Hostel. Karena waktu masih menunjukkan jam 12an siang kami memutuskan untuk Sholah dulu sambil beristirahat di Masjid Jamae (Chulia). Masjidnya cukup nyaman, dan lumayan lah untuk istirahat.


Setelah selesai Sholat, kami memutuskan untuk sedikit mencari makanan untuk mengganjal perut didaerah Smith Road. Disana lumayan banyak pilihan tempat makan, tapi kembali lagi. Karena kami memiliki keterbatasan parah terhadap budget, kami pun memilih makanan yang harganya murah dan cukup untuk mengganjal perut kami. Saya lupa waktu itu membeli apa, yang jelas harganya murah dan cukup lah untuk tidak kelaparan.


Setelah cukup mengisi perut dan waktu pun sudah mendekati jam 2 siang, kami pun pergi kembali menuju hotel dijalan Mosque. Setibanya disana kami langsung check in dan menuju kamar untuk mandi dan beristirahat karena mata sudah ngantuk parah. Saat itu kamar kami terpaksa harus terpisah. Karena jika di singpure hostel akan dihitung per kepala, jadi kami terpaksa berpisah. Saya san adik saya diruang kamar yang sama dan kawan saya memilih kamar yang share room. Kami tidur pulas sampai sore sekitar jam 4an.


Setelah bangun cuci muka dan sholat ashar, kami pun bersiap untuk jalan-jalan lagi. Tujuan kali ini kami akan ke Orchard road yang merupakan jalanan paling hits di Singapura. Selain sekedar jalan jalan disana karena memang mau belanja juga ga ada duitnya, kami kesana untuk mencari Es Potong Singapura yang Hits itu. Ya, Es potong legenda yang hanya satu-satunya penjual es kaki lima yang ada di Orchard road yang khas dengan atribut “Wall’s”nya.


Ketemu Bank BNI di Orchard Road

Karena hari pun sudah mulai malam, kami pun menutuskan untuk sekedar lalu-lalang didaerah orchard road sambil membeli sedikit oleh-oleh yang dijajakan disitu. Setelah dari sana pun kami langsung kembali ke hostel. Sebelum kembali ke hostel, kami menyempatkan diri untuk membeli makan didaerah Chinatown untuk dibawa ke hostel, karena kami memang belum makan malam.

Kami sampai dihostel kira-kira jam 10an malam dan langsung makan sebentar lalu bersiap untuk berkemas barang. Kami pun mengatur barang bawaan agar tidak sampai over baggage. Setelah semua sudah beres, kami pun segera tidur agar besok pagi tidak kesiang dan bisa fresh sebelum pulang.


Hari Ke-4 (Pulang coeg, Bangkrut)

Keesokan paginya kami bersiap untuk pulang, kami check out hotel sekitar pukul 7.30 pagi. Karena pesawat kami saat itu terbang pukul 11 siang (kalau tidak salah). Maka kami harus tiba di bandara sebelum pukul 9 pagi, untuk antisipasi kesasar di bandara dan antrian check in dan imigrasi.


Foto dulu dong sebelum pulang (Mosque Road)

Setibanya dibandara, kami langsung mencari counter chek in, kl tidak salah saat itu kami menggunakan Tiger Air. Meskipunsempat kesasar sana-sini, akhirnya kami menemukan konter chenkin yang kami cari. Kami pun segera melakukan chek ini, dan disini ternyata kami over baggage, seingat saya saat itu saya harus membayar sebesar 50 SGD, yang awalnya saya kira 5 SGD. Ternyata saya salah dengar. hedehh Bangkrut bandar..


Menuju Ke Changi Airport


Setelah proses check in dan imigrasi, kami pun menuju gate keberangkatan. Dan tidak terlalu lama menunggu karena memang kami mengisi waktu dengan bercanda dan ngobrol ngalor ngidul membahas keabsurdan liburan mlarat kali ini. Tak lama pengumuman untuk masuk peswat pun terdengar, kami mulai berbaris dan masuk ke pesawat. Seperti biasa, saya pun langsung hibernasi setelah lepas landas.


Tidak terasa 2,5 jam penerbangan dari Singapura menuju Surabaya saya habiskan dengan ileran di pesawat. Akhirnya kami kembali ke Tanah Air dengan selamat sentosa dan ilmu serta pengalaman baru. Setelah beres dan mendapat cap kembali di imigrasi Surabaya, maka berakhirlah sudah liburan fana selama beberapa hari kemarin. Waktunya untuk kembali ke kehidupan normal di panasnya Surabaya. Makanan pun kembali normal ala penyetan khas Surabaya yang harganya murah meriah itu.


Cukup sekian dulu berbagi pelangaman liburan Absurdnya, lain kali dilanjutkan lagi.


Masio Mlarat sing penting preian


Jangan lupa Like, Subscribe dan Share artikel ini kalau kalian suka ya.

(Halah kok malah koyok Youtuber wae c@k, iki lho cuma blog tok, rasah kakean polah, wkwkwkwk)

_____


RBS, March 2020

Комментарии


"Allah is He who created death and life to test you as to which of you is best in deed" - Qur'an, Al Mulk 67:2

06 Logo FIX RED 2.png

Yakinlah Sambatmu kelak akan mengubah dunia

@2023 Bennysukmara.com

bottom of page