top of page

Melihat Sisi Lain dari Covid-19 Untuk Dunia dan Indonesia

  • Gambar penulis: R. B. Sukmara (Author)
    R. B. Sukmara (Author)
  • 17 Mar 2020
  • 7 menit membaca

Diperbarui: 6 Sep 2023


Ilustrasi WHO (World Health Organization) Fight Covid-19

Catatan hari ini, saya masih terus ingin membahas terkait Covid-19. Wabah penyakit yang hari ini sudah menyebar ke lebih dari 100 negara di dunia dan menginfeksi lebih dari 180.000 orang dan ada 172 orang di Indonesia.


Melihat dinamika dari penyebaran virus ini seketika saya teringat film “Resident Evil” yang mengilustrasikan penyebaran T-virus dari Lab Perusahan bernama Umberella yang menginfeksi seluruh belahan bumi dengan sangat cepat dan semua orang berusaha untuk bertahan didalam ruangan agar tidak tertular virus tersebut. Tapi itu hanyalah sebuah gambaran dalamfilm, untuk kasus Corona ini, tidak semengerikan seperti yang ada dalam film tersebut, jadi kita tidak perlu panic, namun tetap waspada.


Ilustrasi Film "Resident Evil" dengan Infected Map-nya

Memang, tidak dapat dipungkiri bahwa Covid-19 ini adalah sebuah bencana dunia, namun seperti kata pepatah-pepatah bahwa “setiap ada bencana, pasti ada sebuah berkah atau minimal ada pelajaran dibaliknya”. Pun begitu dengan Covid-19, bencana besar yang terjadi diakhir 2019 ini pun juga akhirnya menunjukkan sisi-sisi positifnya.


Untuk itu, saya coba untuk memutar kepala saya untuk bisa melihat Covid-19 dari sisi yang lain.


Dunia sedang beristirahat (Mother Earth is Taking Break)


Akhir-akhir ini kita banyak menyaksikan unggahan-unggahan di media sosial terkait dengan gambar-gambar/foto yang menunjukkan drastisnya pengurangan kegiatan di luar ruangan. Gambar-gambar tersebut menunjukkan jalanan yang menjadi sepi, pusat-pusat keramaian seperti tempat wisata menjadi sepi bahkan tempat ibadah seperti Masjidil Haram di Mekkah pun tak luput dari sepi dan kesunyian.Hampir seluruh negara menyarankan masyarakatnya untuk menghidari berpergian/beraktifitas ke tempat-tempat keramaian dan menimbulkan kerumuman.

Beberapa gambaran tempat-tempat yang menjadi sepi akibat Covid-19
Jalanan yang sepi

Dengan adanya Covid-19 ini, sebenarnya secara tidak sengaja kita sedang memberikan sedikit waktu kepada bumi kita untuk sejenak beristirahat dari sibuknya dan lelahnya bumi dari aktivitas yang dilakukan manusia. Seperti yang kita ketahui beberapa waktu lalu, agensi luar angkasa seperti NASA (National Aeronuatic and Space Administration) dan ESA (European Space Agency) mempublikasikan beberapa citra satelit yang diambil dari Satelit Sentinel-5 menunjukkan terjadinya penurunan drastic dari polusi udara disekitaran China dan Eropa setelah outbreak Covid-19. Sebuah fenomena positif yang sangat jarang bahkan sulit untuk terjadi dalam kondisi normal.

Polusi udara di daerah Eropa (Italia) sebelum dan sesudah penyebaran Covid-19
Penurunan Polusi Udara di Kota Wuhan, China

Dari fenomena ini, kita sedikit mendapat manfaat dari adanya Covid-19 terutama untuk pengurangan polusi udara dimana saat ini seluruh juga sedang berjuang untuk mengurangi polusi yang mereka produksi. Sesuai dengan aturan dari United Nations (UNFCC), bahwa seluruh negara harus melakukan pengurangan dan pembatasan jumlah polutan (green house gases) di negaranya sesuai dengan kesepakatan dalam Kyoto Protocol untuk mengurangi pemanasan global.

Prediksi peningkatan Temperatur Global

Negara-negara menekan egonya


Dari adanya Covid-19, seluruh negara berusahan menekan egonya untuk terus berusaha menstabilkan ekonomi yang mulai kacau sejak menyebarnya virus dari Wuhan ini. Seluruh negara terus berusaha bersama untuk segera menuntaskan masalah Covid-19 ini. Selain mengamankan negaranya sendiri, ada juga negara-negara yang mendonasikan sedikit bantuan kepada negara lain yang sedang dilanda penyebaran parah dari Covid-19. Seperti yang yang dilaporkan oleh Xinhuanet dan World Economic Forum dimana China yang notabene mengalami hal yang terparah terkait Covid-19, namun tetap bersedia membantu Iran dan Italia untuk melawan Covid-19. Selain itu dilansir dari rri.co.id, China pun bersinergi dengan negara-negara ASEAN untuk melawan virus baru ini.


Pengiriman Bantuan dari China ke Italia (Sumber: World Economic Forum)

Dan ada juga yang unik terkait hal ini. Dilansir dari media TOLOnews, Taliban mengatakan bahwa virus Corona tidak akan berdampak pada aktivitas mereka, namun mereka tetap mengakui bahwa korban dikedua belah pihak menurun. TOLOnews juga mempelajari bahwa beberapa organisasi teroris di Afganistan, termasuk Daesh telah memerintahkan pasukannya untuk memperhatikan langkah-langkah kesehatan untuk memerangi virus Corona dan untuk mengendalikan pergerakan mereka.Wah…wah.., luar biasa juga si Covid-19, sampe teroris aja ketakutan dan terpaksa menurunkan tensi ketegangan mereka.


Kemanusiaan diatas segalanya


Covid-19 juga memberikan sebuah pelajaran penting bagi semua umat manusia. Pelajaran itu adalah kemanusiaan diatas segalanya. Kita sudah melihat berbagai upaya yang dilakukan negara-negara didunia untuk menyelamatkan warganya. Mulai dari prosedur pemantauan kesehatan, karangtina hingga pada proses lockdown telah ditempuh berbagai negara untuk keselamatan warganya, terlepas dari perbedaan agama, golongan dan pandangan politik, mereka bahu-membahu untuk satu tujuan bahwa diatas itu kemanusiaan tetap diatas segalanya.


Kondisi beberapa tempat di Eropa

Bahkan Korea Utara yang “terkenal” kejam pada rakyatnya pun masih berkonsentrasi untuk menjaga rakyatnya, bahkan proses karangtina pun diperpanjang menjadi 30 hari, dilansir dari laman wartaekonomi.co.id. Waduh, ternyata Kim Jong Un, juga masih saying sama rakyatnya, meskipun ga’ tau juga apa bener prosedur penanganan Corona disana benar-benar dijalankan dengan baik atau tidak. Ya, paling tidak ada sedikit upaya, meskipun proses karangtima membuat Korut semakin terisolasi karena mereka menghentikan seluruh penerbangan (yang cuma segitunya itu) dan layanan kereta api.


Supreme Leader Korea Utara Kim Jong Un

Sedikit Titik terang “demokrasi” di China

Kita tentu masih ingat dengan sebuah berita tentang seorang dokter yang bernama dr. Li Wenliang dari China. Seorang dokter yang pertama kali memberitakan terkait Virus Corona di China, namun akhirnya dia ditangkap pemerintah China karena dianggap menyebarkan rumor dan berita yang tidak benar. Sang dokter yang kini akhirnya dianggap sebagai “pahlawan Corona” oleh sebagian besar warga China pun meninggal akibat virus yang dia teliti pada tanggal 7 Februari 2020. Dan setelah kasus ini, angka kasus Corona di China menjadi semakin meningkat tajam.


Kasus kematian dr. Li ini membuat para warga China memberikan protes keras terhadap pemerintah mereka dan menuntut pemerintah China untuk meminta maaf kepada public dan akhirnya membuat hastag terkait ini menjadi trending di Weibo. Dilansir dari laman BBC.com, ada salah satu komentar yang menyebutkan bahwa “Ini bukan kematian seorang peniup peluit (writleblower). Ini adalah kematian seorang pahlawan”.


Warga China berduka atas meninggalnya dr. Li Wenliang

Dari kasus dr. Li kasus muncul sebuah tuntutan yang diserukan oleh warga China, yaitu berupa kebebasan berbicara (freedom of speech). Sebuah tuntutan yang mungkin menjadi sangat sulit untuk diwujudkan dinegara yang masih berbasiskan sistem dan partai Komunis ini. Namun, dari adanya kasus ini semoga akan muncul titik terang akan kebebasan berbicara di negara Xi Jinping ini.


Untuk Indonesia


Panik dan Kesadaran akan kebersihan mendadak meningkat


Meskipun awalnya banyak dari warga Indonesia yang mengunderestimate bahwa Virus Corona ini akan masuk Indonesia dan bahkan cenderung mencemooh. Namun, peningkatan kasus positif Corona di Indonesia membuat warga Indonesia mendadak membalik isi kepalanya dan menjadi sangat peduli akan kebersihan. Kepanikan terkait Covid-19 pun tidak terhindarkan, sampai-sampai, mereka memborong segala jenis dan merk hand sanitizer dan masker demi menghidari serangan makhluk halus bernama Corona.


Setelah sekian lama pemerintah melakukan proses edukasi tentang kebersihan tangan, cara mencuci tangan, dan etika saat bersin dan batuk, akhirnya dengan adanya Covid-19, mereka mulai mempraktekkannya secara sukarela. Jelas ada hal positif disini, dimana akhirnya masyarakat paham dan bahkan begitu peduli terkait dengan kesehatan. Semoga kesadaran ini dapat terus berlanjut meskipun urusan makhluk halus bernama Corona ini sudah mereda.


Belajar untuk mengantri


Mengantri, adalah sebuah prilaku yang sulit sekali dilakukan olah warga negara +62. Mau urusan jual beli atau naik kendaraan umum, urusan mengantri ini sepertinya menjadi hal mistis dan jarang dilakukan. Bergerombol dan berebut, itulah budaya bangsa kita hingga hari ini.


Namun, semenjak adanya Covid-19, saya melihat sebuah foto dan video yang beredar di dunia maya dimana dalam foto/video tersebut terlihat warga negara extra micin ini berbaris dengan rapi saat akan menaiki angkutan umum (Trans Jakarta). Sungguh pemandangan yang cukup langka, meskipun masih salah jika untuk kebutuhan social distancing terkait Covid-19. Tapi seenggaknya sudah lumayan lah, akhirnya warga kita bisa belajar untuk antri.


Kondisi antrian panjang di Stasiun MRT dan Trans Jakarta

Sama halnya dengan kesadaran mendadak akan pentingnya kebersihan, semoga kebiasaan mengantri ini dapat terus dilestarikan meskipun wabah Virus dari Wuhan ini sudah berakhir.


Online Learning diuji coba secara massive


Dulu kita bicara tentang online learning atau pembelajaran secara daring adalah yang cukup sulit dilaksanakan. Cukup banyak pihak konservatif yang memandang cara pembelajaran seperti ini sangat tidak efektif dan bahkan tidak mungkin dilaksanakan.


Namun, tanggal 16 Maret 2020 menjadi turning poin untuk melawan stigma itu. Setelah Presiden mengumumkan kepada seluruh sekolah dan perguruan tinggi untuk melaksanakan proses pembelajaran dirumah dan secara online maka perlahan kita melawan stigma konservatif tadi.

Belajar online yang dulu dianggap tidak efektif, namun sekarang hampir seluruh Indonesia dan bahkan dunia melakukannya. Meskipun efektivitasnya belum teruji, khususnya di Indonesia, namun momentum ini menjadi sangat baik untuk menguji kefektifan proses pembelajaran seperti itu.


Momentum ini dapat menjadi sebuah ujicoba massal dan massif untuk metode pembelajaran online.

Teknologi akhirnya mengubah proses pendidikan Indonesia bahkan dunia setelah sekian lama proses belajar-mengajar konvensional itu bertanah. Pertanyaannya, apakah mungkin jika suatu saat nanti keberadaan proses belajar-mengajar dikelas akan perlahan hilang? We’ll see…


Untuk Pertama Kalinya Indonesia Menerapkan Work from Home secara Masif.

Masih teringaj jelas dikepala kita saat Kepala Bappenas ketika itu mewacanakan penerapan “Work From Home” untuk PNS dilingkungan Bappenas. Banyak orang yang ragu dan cenderung skeptis terhadap wacana ini, padahal sudah cukup banya kantor-kantor/perusahaan di negara maju yang menerapkan hal ini.


Tapi, apa yang terjadi saat ini? Justru Presiden-lah yang menginstruksikan semua warga Indonesia untuk bekerja dari rumah. Meskipun memang, merubah sebuah sistem kerja yang lama ke sistem kerja baru seperti ini tidaklan mudah. Wajar, karena proses shiftingnya mendadak dan orang belum terbiasa. Bahkan, tak sedikit yang “menganggap” bahwa ini jadi ajang liburan. Disuruh untuk bekerja dirumah agar mengurangi interaksi diluar ruangan dan orang banyak, tapi faktanya malah ada yang jadi berangkat liburan. Hmmm, gimana ini awarnessnya..Kaya gini kok mau minta di lockdown, saya malah jadi ragu, hmmm.


Presiden RI saat mengumumkan kebijakan "Kerja dirumah, Belajar dirumah, Ibdaha dirumah"

Nah, yang jadi sisi postitifnya yaitu sama halnya dengan proses pembelajaran online yang dibahas sebelumnya. Ini adalah momentum untuk uji coba dan melihat efektifitas dari konsep kerja ini dan ini akan menjadi momentum dan pengalaman baru bagi warga Indonesia untuk mengikuti dan merasakan bagaimana sebenarnya “Work from home” itu bekerja.


Yang jadi catatan penting adalah, setidaknya kita sudah pernah mencoba dan bukan sekedar “wacana” belaka. Selanjutnya, tinggal kita tunggu kabar baik dari hasil uji coba ini. Apakah efektifitasnya bagus atau tidak.


Ilustrasi "Work From Home"?

Menjadi bijak


Menjadi bijak. Itulah sisi lain yang dihasilkan oleh Covid-19 terhadap bangsa Indonesia. Dengan adanya masalah virus baru ini, kita menjadi lebih bijak, mulai dari bijak untuk menjaga kesehatan, bijak untuk membangun budaya antri dan yang paling penting bijak dalam berkomunikasi dan bersosial media.


Dalam kasis positif pertama, kita mendapat pembelajaran yang sangat baik. Bagaimana media kita belajar akhirnya belajar bagaimana etika menyebarkan sebuah informasi, khususnya terkait data pasien. Kala itu, kita bisa melihat bagaimana media Indonesia menyajikan berita. Jelas sangat berbeda dari media-media asing dalam melakukan pemberitaan. Disaat media-media asing berusaha sebisa mungkin menjaga kerahasiaan tentang pasien. Tapi yang terjadi di kita, jangankan data pasien, data keluarga, data alamat, bahkan tetangga-tetangganya pun ikut jadi “korban” wawancara media yang entah substansinya apa.


Lalu, kita bisa bijak dalam menanggapi peristiwa. Ketika outbreak Covid-19 pada bulan Desember di Wuhan China, banyak warga-warga kita yang tanpa berfikir panjang untuk berkomentar di media sosial atau diranah public tentang Corona yang dikait-kaitakan dengan isu Agama dan rasisme. Ada yang berkomentar bahwa itu adalah Azab Tuhan. Mereka menganggap bahwa Corona adalah azab untuk China karena berbagai macam alasan yang benar menurut mereka sendiri. Lalu apa selanjutnya, ketika akhirnya Indonesia juga terkena, apakah itu juga Azab untuk bangsa kita ? Dengan logika yang sama harusnya jawabannya, Ya. Tapi kan mereke enggan menerapkan logika yang sama. Jadi ada double standart disini toh. Nah, dengan adanya pelajaran seperti ini, maka kita mendapat pelajaran baru terkait bijaklan dalam bermedia sosial dan berkomentar.


Ilustrasi Cocoklogi Agama (Sumber: Vice (dan edit lagi)

____


Realtime Update dari Covid-19 dapat diakses disini.


____



Jangan lupa Like, Subscribe dan Share artikel ini kalau kalian suka ya.

(Halah kok malah koyok Youtuber wae c@k, iki lho cuma blog tok, rasah kakean polah, wkwkwkwk)

____


RBS, March 2020

Comentários


"Allah is He who created death and life to test you as to which of you is best in deed" - Qur'an, Al Mulk 67:2

06 Logo FIX RED 2.png

Yakinlah Sambatmu kelak akan mengubah dunia

@2023 Bennysukmara.com

bottom of page