top of page

Panasnya Pilpres Indonesia

  • Gambar penulis: R. B. Sukmara (Author)
    R. B. Sukmara (Author)
  • 8 Feb 2019
  • 5 menit membaca

Diperbarui: 12 Jan 2023


Pasangan Capres-Cawapres 2019

Tahun 2019 menjadi tahun yang panas dan bertensi tinggi karena tahun ini adalah tahun pemilihan seorang kepala negara sekaligus kepala pemerintahan Republik Indonesia. Ditambah lagi berbarengan dengan pemilu serentak untuk para senator-senator baik di tingkat pusat maupun ditingkat daerah (provinsi dan kabupaten).


Situasi semakin panas dan tegang dimulai dari proses pendaftaran dari parpor-parpol peserta pemilu. Total ada 27 parti yang mendaftar ke KPU pada tahun 2017. Hasilnya, 14 partai dinyatakan lolos oleh KPU dan sisanya tidak. Namun, dari beberapa partai yang tidak lolos, 9 partai diantaranya menggugat dan dikabulkan oleh Badan Pengawas Pemilu (Bawaslu) dan pada tanggal 17 Februari 2018, KPU menetapkan partai yang berhak berkontestasi dalam pemilu.


Setelah proses penetapan partai peserta pemilu selesai, maka secara legal, partai-partai berhak membuat koalisi dan mengajukan calon presiden (capres) dan wakil presiden (cawapres) mereka ini yang menjadi seru. Tapi khusus untuk Capres dan cawapres, keseruan ini sudah dimulai dari tahun-tahun sebelumnya. Disini saya tidak membahas calon legislative (caleg), karena menurut saya kurang greget dan sepertinya isinya orang itu-itu saja, dan bahkan untuk level daerah atau lebih-lebih kabupaten, saya banyak mendapati ā€œcaleg-caleg musimanā€ alias, caleg yang tiba-tiba muncul saat masa Pemilu doing, entah itu diposter, stiker atau baliho. Ditambah lagi, kebanyakan dari calek-caleg musiman ini tidak berkompeten, baik dari sisi track recordnya, pendidikannya dan bahkan kesiapan pengetahuan politik dan informasi dapilnya. Mereka hanya aji mumpung atau hanya punya semangat koar-koar dan ā€œyang penting nyalegā€.


Okay, kembali ke masalah capres dan cawapres. Disini siklus pemilu yang saya maksud akan dibahas. Siklus ini berawal dari siapa yang akan jadi capres dan cawapres. Banyak tokoh-tokoh yang santer digaungkan namanya, mulai dari sang mantan panglima TNI Gatot Nurmantyo, ada Si Mayor pension Agus Harimurti Yudhoyono (AHY), adalagi si ketua Partai Bumi Ijo Muhaimin Iskandar atau biasa di panggil ā€œCak Iminā€, ada lagi dari partainya si Fahri Hamzah yaitu Anies Mata, hingga ada dokter yang ā€œnekatā€ masang baliho yang menyatakan siap jadi Presiden dengan jaminan Indonesia bebas hutang, bubar hari kiamat dan gratis Umroh per orang, yaitu dokter Sam Aliano. Dari tokoh-tokoh diatas, tentu ada tokoh yang sangat santer yaitu Patahana Joko Widodo dan penantang lama yaitu Prabowo Subianto. Ya, dua tokoh ini memang sangat kental dan menjadi kandidat kuat untuk capres karena didukung 2 partai besar pemenang pemilu sebelumnya, yaitu PDI Perjuangan dan Partai Gerindra.


Setelah rebut, ruwet dan rame ora nggenah, akhirnya muncul-lah dua nama capres untuk pemilu 2019, yaitu patahana dan pesaing lamanya yaitu Joko Widodo dan Prabowo Subianto. Setelah capres sudah dipastikan, tinggal cawapresnya yang belum. Masalah cawapres, ini cukup menjadi sorotan media, kira-kira siapa yang bakalan jadi cawapres. Banyak tokoh-tokoh yang sater disebutkan, dari kubu Jokowi ada 10 nama yang dicalonkan kata ketum PPP Romahurmuziy (Gus Romy), didalamnya ada nama Mahfud MD., Sri Mulyani, Jend. Moeldoko, Chaerul Tanjung dll. Dikubu Prabowo ada 9 nama yang dibawa oleh PKS entah siapa itu, belum lagi nama-nama yang dihasilkan dari proses itjma Ulama yang diselenggarakan oleh GNPF Ulama pimpinan Ust. Haikal Hasan yang tak lain adalah adik dari Imam Besar FPI, salah satu nama yang ā€œdirekomendasikan adalah Ust. Abdul Somad yang belakangan akhirnya menolak untuk dicalonkan menjadi cawapres karena ingin fokus berdakwah. Disamping itu, akhirnya Partai Demokrat pimpinan SBY akhirnya memastikan diri untuk bergabung dengan koalisi Prabowo dan mengusung nama anak pertamanya AHY untuk dicalonkan sebagai cawapres dari Prabowo.


Setelah penasarannya isi omongan Gus Romy dan pusingnya itjma yang berjilid-jilid, akhirnya drama ini hampir berakhir. Dari kubu Jokowi hampir bisa dipastikan adalah Mahfudz MD yang bakal menjadi cawapres. Hingga detik-detik terakhir pun, drama kubu Jokowi masih berlangsung dan akhirnya Mahfud MD pun harus kandas karena Jokowi memilih KH. Ma’ruf Amin sebagai wakilnya pada 2019 nanti. Disis lain, Prabowo juga masih bergejolak setelah masuknya Demokrat kedalam Koalisi, AHY menjadi tokoh sentral yang diusung oleh Demokrat dan sampai ada yang mengatakan harga mati untuk syarat Demokrat bergabung dengan Prabowo ya dengan menjadikan AHY sebagai Capres. Disaat ini sedang rame, ternyata ada sosok lain yang masuk dalam kepala kubu Prabowo untuk mewakili Milenial, tanpa mempertimbangkan hasil itjma ulama, akhirnya Prabowo memilih Wakil Gubernur Jakarta yaitu Sandiaga Salahuddin Uno sebagai wakilnya dan dianggap mampu mewakili suara Generasi Milenial dan tokoh usahawan sukses.


Dari proses pemilihan capres yang penuh drama, intrik dan bumbu-bumbu sinetron yang overdosis, akhinya ditetapkan hanya 2 pasangan yang akan maju di Pilpres 2019, yaitu Jowo Widodo-Ma’ruf Amin dan Prabowo Subianto-Sandiaga Uno. Ya, ini mengulang kembali pertarungan panas 2014 antara Jokowi dan Prabowo, tapi sekarang wakilnya beda.


Disini keseruan semakin menjadi-jadi, setelah pengumuman pasangan calon, mulailah para pendukung kedua calon membentuk tim pemenangannya masih-masing. Mulai memilih tokoh-tokoh berpengaruh untuk dijadikan anggota tim pemenangan.


Setelah tim pemenangan mulai terbentuk, mulailah para pendukung kdeua calon saling mengeluarkan argumennya untuk mendukung pasangan calon masing-masing. Mulai dari debat terbuka distasiun-stasiun TV, acara talkshow, saling perang tagar. Yang Prabowo dengan tagar #2019GantiPresiden dan kubu Jokowi #2019TetapJokowi. Ada juga para pendukung loyal yang berbusa-busa mulutnya untuk membela dan mendukung calon presiden dan wakil presidennya. Jokowi dengan Budiman Sujatmiko, Ardian Napitupulu dan Ali Mochtar Ngabalin, sedangkan Prabowo dengan duet maut Fahri Hamzah dan Fadli Zond an ditambah kombinasi mantap Mardani Ali Sera serta ā€œprofessorā€ Rocky Gerung. Mereka saling beradu otak, argument dan berbusa-busa untuk calon masing-masing. Ini yang membuat layar kaca televisi Indonesia semakin ramai dengan suasana pilpres yang masih taun depan.


Dan sampailah pada sesi yang paling seru, yaitu mulai ricuhnya media social dengan MAHA BENAR NETIZEN mulai mengeluarkan Sabda dan fatwanya. Akun-akun pendukung masing-masing calon mulai memposting berita-berita terkait calon masing-masing dan bahkan saling menjelek-jelekkkan calon masing-masing. Mereka saling mencoba memberi informasi kepada khalayak umum dengan nada-nada kasar, frontal dan tak jarang berbau dengan SARA. Belum lagi para NETIZEN yang mengisi kolom komentar, mereka saling beradu jempol dan kata-kata untuk saling serang dan saling menyebut kubu masing-masing dengan nama hewan, ā€œPara Cebongā€ untuk pendukung Jokowi dan ā€œPara Kampretā€ untuk pendukung Prabowo.


Mereka para ā€œKampretā€ dan ā€œCebongā€ ini entah bagaimana, selalu mengisi kolom-kolom komentar yang memposting hal tentang pilpres. Bahkan kadang, meskipun postingan itu tidak ada sangkut-pautnya denga para capres dan cawapres atau Pemilu, mereka kadang menuliskan tagar-tagar andalah mereka. Bahkan sampai-sampain, jika ada keluarga dan anggota keluarganya beda pilihan bisa sampai gontok-gontokkan, lha ini kan udah mulai ga’ waras.


Para NETIZEN mulai sakit, stress dan gila gara-gara agenda 5 tahunan yang selalu berulang dan menghasilkan bentrokan-bentrokan dimedia sosial. Dan tak jarang, ada hal yang berangkat media sosial akhirnya menjadi sebuah bentrok fisik di dunia nyata, lha kan Goblok ya.


Berbagai macam isu disebar dimedia sosial. Ada isu agama, isu komunis, isu ekonomi yang menyeret-nyeret cabe dan tempe, isu ā€œantek asing dan asengā€ yang tidak ada habisnya. Sosial media akhirnya berisi tentang sampah-sampah pemilu yang membuat Generasi Micin semakin ingin menambah dosis micinnya biar gobloknya semakin totalitas. Masyarakat dibuat bingung oleh akun-akun bodong ini, hingga sulit menerkan mana berita yang benar, mana yang setengah benar dan mana yang benar-benar ngawur.


Kegilaan pemilu ini tidak akan berakhir, siklus ini akan terus berlangsung disetiap pemilu jika para masyarakat tidak diedukasi dengan baik. Kampanye hitam masih menjadi primadona dan senjata andalah untuk saling menyerang lawan politik. Dan ini dipermudah dengan adanya media-media sosial yang bertebaran di Indonesia. Dan lebih parahnya para MAHA BENAR NETIZEN masih suka menggerakkan jempolnya ke tombol share tanpa mencaritahu dulu kebenaran berita yang akan dishare.


Mari kita cukupkan kegilaan, kebodohan, ketololan dan kesemerawutan dalam pelaksanaan pemilu. Jadilah pendukung yang cerdas dan objective dalam menilai. Agar bangsa ini bisa bersatu dan maju bersama dan tidak mudah dipecah hanya karena beda pilihan presiden. Betapa konyolnya jika sesama warga negara saling bentrok hanya karena beda calon presiden yang mana mereka juga tidak paham kenapa memilih mereka, kan Lucu.



RBS

Taiwan, 8 Februari 2019

Comments


"Allah is He who created death and life to test you as to which of you is best in deed" - Qur'an, Al Mulk 67:2

06 Logo FIX RED 2.png

Yakinlah Sambatmu kelak akan mengubah dunia

@2023 Bennysukmara.com

bottom of page