top of page

Sekolah Tambah Tinggi Malah Tambah “Goblok”

  • Gambar penulis: R. B. Sukmara (Author)
    R. B. Sukmara (Author)
  • 3 Agu 2022
  • 5 menit membaca

Diperbarui: 6 Sep 2023


Manfaat sekolah adalah untuk belajar dan menambah pengetahuan. Logikanya semakin tinggi sekolah maka ilmu yang didapat akan semakin banyak dan harusnya akan semakin pintar.


Nah, pertanyaannya, kok bisa semakin tinggi sekolah bukannya semakin pintar malah semakin “Goblok”? Apa kita stop saja sekolah yang tinggi ? Atau harusnya bagaimana ? Yuk, kita mulai pembahasannya disini.


Umumnya, orang akan mulai bersekolah sejak umum 3 atau 4 tahun, yaitu di Play group atau Kelompok Bermain (KB). Memang tidak semua orang setuju dan perlu menyekolahkan anaknya mulai dari jenjang ini. Karena biasanya juga ada yang berfikir bahwa untuk memulai Pendidikan formal dari jenjang Taman Kanak-kanan (TK) saja, dan bahkan dulu ada yang memulai langsung dari jenjang Sekolah Dasar (SD).


Dalam jenjang KB, anak tidak terlalu banyak dituntut bagaimana untuk menjadi pintar, tapi lebih kepada bagaimana anak-anak bisa belajar berinteraksi dengan orang lain dan mulai mengenal instruksi-instruksi sederhana yang dikemas dalam bentuk yang menyenangkan seperti permainan misalnya. Perkembangan motoric anak lebih menjadi focus utama dalam jenjang ini (CMIIW). Nah kebetulan dulu saya tidak pendah bersekolah di jenjang ini. Jadi pengalaman real pada jenjang ini cukup minim. Saya hanya melihat proses belajar pada jenjang ini melalui anak pertama saya, yang kebetulan beberapa bulan lalu baru lulus dari KB.


Lanjut ke jenjang berikutnya, yaitu Taman Kanak-Kanak (TK). Disini anak mulai dikenalkan dengan lebih banyak hal, missal belajar angka, huruf, bentuk-bentuk sederhana, budaya hingga pada pembentukan kepribadian. Pengerahuan anak mulai bertambah, bahkan sudah ada yang mampu menulis, membaca dan berhitung dengan lancar.


Setelah selesai dari jenjang TK, maka masuklah anak kejenjang Pendidikan wajib nasional yang pertama, yaitu sekolah Dasar (SD atau Madrasah Ibtidaiyah). Dengan seragam merah putihnya, anak-anak belajar dari kelas 1 hingga kelas 6. Pada jenjang ini anak-anak mulai diberikan banyak ilmu pengetahuan-pengetahuan dasar yang menunjang kemampuan kognitifnya. Mulai dari pelajaran matematika, Pendidikan Agama, Pancasila, Bahasa Indonesia, Bahasa Inggris, Pengetahuan Alam (IPA) dan Sosial (IPS). Banyak ilmu pengetahuan yang mulai dijejalkan dikepala mungil anak-anak berseragam merah putih ini, dan otomatis pengetahuan keilmuannya pun semakin luas. Mulai mengetahui bagaimana tumbuhan bisa tumbuh, jenis-jenis hewan, nama-nama negara, bahkan jika menilik kekurikulum baru, disana sudah mulai dikenalkan tentang ap aitu ASEAN.


Setelah 6 tahun menerima Pendidikan dasar. Anak-anak berseragam merah-putih tadi mulai berganti menjadi seragam biru-putih. Ya, jenjang Sekolah Menengah Pertama (SMP). Disini mereka akan menerima pelajaran yang mulai kompleks dan mulai mengenal praktikum sederhana. Pengetahuan mereka pun semakin berkembang. Konteks-konteks pelajaran agama, social dan budaya mulai dikenalkan lebih jauh. Pun begitu dengan matematikanya. Yang awalnya hanya tambah-kurang-bagi-kali, disini mulai mengenal aljabar, Pythagoras, bentuk ruang, akar, kuadrat dan lain-lain. Mereka disini mulai mengenal informasi diluar dari lingkungan terdekatnya. Sejarah, budaya bahkan ekonomi dan social. Pola berfikirnya mulai terbentuk perlahan. Mulai untuk belajar berfikir runut dan teratur.


Setelah 3 tahun dengan seragam biru-putih, mereka lanjut ke jenjang yang paling seru dalam hidup, yaitu jenjang menengah atas. Pada jenjang ini kita diberikan pilihan, yaitu SMA atau SMK. Baik SMA atau SMK, jenjang Pendidikan ini menjadi jenjang Pendidikan yang sangat berwarna dan biasanya dibumbui dengan cerita asmara (cie ileh..). Jadi ingat lagunya Almarhum Chrisye yang judulnya kisah kasih disekolah….(nyanyikan sendiri aja ya lagunya).


Pada jenjang inilah kita mulai tidak diseragamkan dan dikotak-kotakkan. Untuk yang SMA, kita dibagi menjadi 2 atau 3, yaitu IPA, IPS atau Bahasa. Dan terkadang masih saya banyak yang memperdebatkan mana yang terbaik antara IPA dan IPS dan ini masih saja bergulir dengan berbagai macam stigma masing-masing. Untuk yang anak Bahasa dan SMK cukup menonton saja ya.


Dari yang awalnya kita belajar semuanya, di jenjang menengan atas kita belajar sesuai dengan kotak masing-masing. Yang IPA ya belajar tentang sains, yang IPS tentang Sosial dan Ekonomi, yang bahasa belajar dengan porsinya dan yang SMK belajar sesuai dengan kejuruannya. Ditahap ini ilmu kita mulai terbatas sesuai dengan kotak-kotak itu tadi. Sederhananya, anak IPA akan roaming dengan pelajaran-pelajaran anak IPS. Pun begitu sebaliknya. Belum lagi anak SMK yang lebih banyak porsi prakteknya.


Disini pengetahuan-pengetahuan dasar dan menengah sudah cukup diberikan. Pola berfikirnya semakin terstruktur dan penegtahuan dan informasi yang masuk pun sudah mulai beragam.


Lepas dari masa-masa indah sekolah SMA, kita akan lanjut ke jenjang Pendidikan tinggi. Disini kita diberikan lebih banyak pilihan kotak-kotak jenis ilmu yang bis akita pilih. Mau bidang Vokasi atau bidang akademik. Dibidang Vokasi, jenjang terendah bisa dimulai dengan Program Diploma 1 hingga ke Super Spesialis. Sedangkan untuk bidang akademik, kita ditawarkan program S1 hingga S3. Pun juga begitu dengan jenis perguruan tingginya, ada yang bentuknya akademi komunitas, akademi, sekolah tinggi, politeknik, institute hingga universitas. Semuanya menawarkan Pendidikan tinggi dengan ciri khasnya masing-masing.


Dijenjang ini kita pisahkan dengan berbagai macam jenis kotak. Ada kotak ilmu social, ekonomi, Teknik, Keagamaan, Pendidikan, Kesehatan, seni dan macan-macam lagi. Kita akan belajar sesuai dengan minat kita masing-masing. Ilmu yang kita pelajari pun semakin sempit dan spesifik. Yang belajar Teknik akan sangat roaming dengan temen-temen dari social ataupun bidang lainnya, begitupun sebaliknya. Bahkan didalam Teknik sendiri missal, ada Teknik mesin, ada Teknik sipil, ada Teknik nuklir dan lain-lain, yang kesemuanya tidak akan sama yang dipelajari. Disini otak kita hanya akan dijejali dengan ilmu sesuai dengan bidang yang kita pilih. Kita tidak akan mempelajari bidang lain. Boro-boro dikasih bidang lain, wong satu bidang saja sudah mau pecah ya.


Disini pun kita mulai menyadari bahwa ilmu pengetahuan itu luas sekali dan tidak akan mungkin kita bisa menguasai semuanya. Yang dulu awalnya kita berfikir kita tau semuanya saat SMA, ternyata ketika masuk perguruan tinggi ada cukup banyak hal yang tidak kita tau. Disinilah awal mula “Kegoblokan” kita muncul.


Setelah kita bejalar dijenjang perguruan tinggi level pertama, misal S1 atau Diploma III atau Diploma IV, kadang kita merasa sudah mengetahui segala hal tentang bidang tersebut. Wajar memang, karena saat kuliah pada jenjang ini, kita diberikan pengetahuan yang cukup luas terkait bidang tersebut. Jadi saat sudah menyandang gelar Sarjana, kita bisa saja merasa paham segala hal tentang bidang kesarjanaan kita. Dengan embel-embel gelar baru dibelakang nama kita. kita merasa menguasai semuanya.


Setelah lepas dari sarjana, mungkin ada beberapa dari kita yang melanjutkan ke jenjang berikutnya yaitu jenjang magister atau spesialis. Yang awalnya kita merasa tau segala hal tentang bidang kuliah disarjana, ternyata masih banyak yang tidak kita ketahui. Dijenjang ini, kita akan belajar lebih spesifik dan menggali lebih dalam sub bidang kesarjanaan kita. Disatu sisi kita semakin tau tentang hal-hal spesifik dalam bisang kesarjaan kita, tapi disatu sisi kita semakin tidak banyak tau hal lain diluar bidang yang kita geluti itu.


Begitupun dijenjang puncak Pendidikan formal yaitu S3. Dijenjang ini, bidang keilmuan yang kita pelajari semakin mengerucut bahkan mungkin hanya satu hal saja. Seperti saya misalnya, dulu di S1 saya ambil Teknik Sipil, lalu S2 mengerucut hanya di bidang Sipil Hidroteknik, lanjut lagi di S3 hanya pada bidang Hidroteknik sepesialis bencana banjir.


Dari ini kita melihat bahwa sebenarnya kita hanya tau atau pandai dalam satu bidang saja. Kita bahkan tidak tau dengan bidang-bidang ilmu lainnya. Karena kita hanya mempelajari satu hal dalam waktu yang cukup lama. Jikalau dulu definisi pintar atau cerdas itu adalah menguasai atau mengetahui banyak hal, bukankah kita menjadi semakin “Goblok” saat Pendidikan kita semakin tinggi ? Kita hanya mengetahui hal “kecil” dan buta akan banyak hal lain diluar bidang keilmuan kita ? Seorang professor pun akan jadi “Goblok” ketika dia ditanya hal yang bukan bidang keilmuannya.


Jadi sebenarnya cerdas atau “Goblok” itu sangat relative tergantung pada perspektif mana, atau kotak mana atau bagaimana kita menilainya. Biarpun ikan yang sudah sangat pandai berenang bahkan bisa berenang mengelilingi dunia pun akan jadi “Goblok” ketika disuruh memanjat pohon.


Dan satu pelajaran lagi bahwa, setinggi apapun kamu sekolah, itu bukan menjadi sebuah legitimasi bahwa anda cerdas. Karena ijazah yang kamu dapatkan itu hanyalah sebuah bukti administrative bahwa anda pernah belajar dan bukan jaminan bahwa anda sudah menguasai atau cerdas pada bidang yang tercantum dalam ijazah itu.


Orang yang benar-benar pintar adalah orang yang berani mengakui dan mengatakan bahwa “dia Goblok” akan suatu hal diluar bidang keilmuannya dari pada menjadi “sok tau” akan segala hal yang justru bisa menyesatkan orang lain.


Jadi, sudahkan anda merasa “Goblok” saat ini ?


____

Jangan lupa Like, Subscribe dan Share artikel ini kalau kalian suka.

_____

RBS, August 2022


Comments


"Allah is He who created death and life to test you as to which of you is best in deed" - Qur'an, Al Mulk 67:2

06 Logo FIX RED 2.png

Yakinlah Sambatmu kelak akan mengubah dunia

@2023 Bennysukmara.com

bottom of page