69 Suspected, 4 Meninggal, 1 Kabur, 264 Juta "Terancam", siapkah Indonesia Menghadapi Corona?
- R. B. Sukmara (Author)
- 14 Mar 2020
- 5 menit membaca
Diperbarui: 12 Jan 2023

Keresahan saya hari ini akan membahas tentang kabar terbaru dari Covid-19 di Indonesia, dimana jumlah pasien positif terus bertambah dengan cepat dalam kurun waktu 2 minggu terakhir. Lalu sudah siapkah kita menghadapi Covid-19 ini?
Penyebaran yang cepat
Pembahasan pertama adalah tajamnya peningkatan jumlah pasien positif corona di Indonesia. Dalam kurun waktu kurang dari 2 minggu, sudah terdapat 69 orang yang dinyatakan positif. Ini jelas akan menjadi catatan tersendiri. Apakah Indonesia tengah lengah atau kita sebagai masyarakat yang kurang peka terhadap gejala penyakit ini.
Sebenarnya saya menaruh sedikit keraguan sejak awal, terutama ketika beberapa negara Asia Tenggara, seperti Singapura dan Filipina sudah mendapat banyak pasien, tapi Indonesia masih bertahan di angka 0.
Karena menurut saya hal ini cukup āanehā karena apa iya kita warga +62 sekuat itu? Atau jangan-jangan kita saja yang kurang peka dan denial terhadap virus ini?
Dan benar saja, keraguan dan kecurigaan saja akhirnya terjawab dengan adanya 2 orang yang dinyatakan positif ketika itu dan jumlah itu terus bertambah dalam waktu yang cukup singkat.
Peningkatan jumlah pasien positif yang begitu cepat ini jelas memberikan dampak yang serius dimasyarakat, khususnya pada meningkatnya kekhawatiran masyarakat akan resiko tertularnya penyakit ini. Memang, meskipun hingga saat ini daerah yang paling banyak kejadian masih terkonsentrasi di Jakarta dan Solo, namun resiko untuk menyebar didaerah lain tetap ada.
Kenapa saya bilang resiko penyebaran virus ini besar di Indonesia, bukan tanpa alasan karena cukup banyaknya pintu masuk dari Internasional ke Indonesia. Dari informasi pemerintah, ada sekitar 134 pintu masuk resmi ke Indonesia.
Nah, dengan banyaknya pintu masuk itu, yang jadi pertanyaan adalah apakah semua pintu masuk itu sudah memenuhi standar yang diharapkan? Mungkin untuk kota-kota besar seperti Jakarta, Yogyakarta, Surabaya atau kota-kota besar lainnya, mungkin bisa saja sudah terpenuhi, tapi bagaimana dengan kota-kota yang skalanya lebih kecil? Apakah sudah terjamin? saya juga tidak bisa menjawabnya.
Kekhawatiran saya bukan tanpa alasan. Hal tersebut seperti sudah menjadi rahasia umum bahwa kondisi geografis negara yang berbentuk kepulauan tentu akan menjadi kesulitan tersendiri untuk menyamakan standar pengamanan antara kota/daerah satu dengan daerah lainnya.
Sebagai gambaran, dari media kita dapat mengetahui bahwa bandara Soekarno-Hatta sudah meningkatkan kemanannya dengan memasang berbagai macam skema pencegahan, baik dengan thermal scanner atau dengan thermal gun. Namun, perntanyaannya apakah hal tersebut sudah dilakukan dikota-kota lainnya di Indonesia? Jelas bukan kewenangan saya untuk menjawabnya, karena saya pun tidak tau kondisi realnya.
Kesiapan Rumah Sakit
Terkait dengan sudah diumumkannya Covid-19 sebagai pandemic, maka sebenarnya itu adalah sebuah bentuk wake-up call bagi seluruh negara untuk meningkatkan focus penanganan terhadap penyebaran penyakit ini.
Nah, untuk merespon hal tersebut maka akan banyak hal yang perlu dilakukan pemerintah terkait covid-19 ini. Salah satu yang paling krusial selain pengamanan di pintu masuk negara seperti airport dan pelabuhan adalah rumah sakit. Apakah rumah sakit kita sudah benar-benar siap untuk menangani kasus seperti ini?
Belum lagi ada berita ākonyolā tentang kaburnya pasien suspected corona dari salah satu rumah sakit di Jakarta, meskipun saat ini sudah berhasil dikembalikan ke RS lagi. Ini bagaimana ceritanya kok bisa kejadian seperti ini?
Pemerintah memang sudah melakukan konfirmasi bahwa ada beberapa rumah sakit yang sudah dipersiapkan untuk menangani kasus ini. Namun, faktanya sebagian besar rumah sakit yang ditunjuk berlokasi di kota-kota besar atau secara umum berlokasi di Pulau Jawa. Lalu bagaimana kondisi kesiapan rumah sakit yang ada didaerah? Apakah mereka semua sudah siap? Apakah semua rumah sakit sudah memilik sumber daya yang cukup?
Meskipun pemerintah sudah mengeluarkan edaran terkait penyiapan RS rujukan pasien Corona, tapi apakah persiapan itu sudah benar-benar siap atau jangan-jangan hanya ada diatas kertas?
Kenapa saya bertanya seperti ini, yaa karena bukan tanpa alasan, seperti yang kita tau bahwa terkadang bangsa kita masih kurang aware dengan hal-hal seperti ini dan bisa saja laporan kesiapan hanya berdasarkan hal diatas kertas. Tapi apakah dilapangan benar-benar dilaksanakan, sebagai masyarakat awam kita tidak pernah tau dan jelas saya tidak bisa menjawab hal itu.
Antara Awareness dan Denial
Ada hal yang cukup unik di bangsa kita terkait dengan penyebaran virus Corona ini. Saya seperti melihat sebuah paradox yang terjadi di masyarakat. Disatu sisi kita sepertinya meremehkan hal ini namun disatu sisi kita mengalami kepanikan yang cukup luar biasa.
Untuk sisi yang meremehkan hal ini, bisa kita lihat dari banyak statement dan postingan diberbagai media. Bebebrapa waktu lalu, saat belum ada pasien positif, kita semua meremehkan hal ini. Ada yang bilang itu tidak akan menyebar ke Indonesia, ada pula statement bernada gurau yang mengatakan bahwa warga Indonesia sudah kebal, karena minum T*l*k Angin atau sudah kebal karena adanya kebiasaan makan sembarang warga kita.
Hal diatas masih ditambah lagi dengan statement-statement yang cenderung meremehkan berseliweran dimedia, seperti Corona cukup dilawan dengan minum jahe, bawang putih, baca doāa Qunut, hanya perlu cuci tangan dan sebagainya. wadow, luar biasa sekali bangsa kita yaā¦
Belum lagi banyaknya berita tentang adanya peneliti yang mengklaim bahwa sudah menemukan obat corona dsb, padahal belum teruji. Padahal, hingga saat ini pun WHO belum menemukan vaksinnya. Lalu, kemana semua peneliti itu (yang mengklaim menemukan obat corona) saat sudah ada pasien yang dinyatakan positif. Mereka tiba-tiba menghilang dan seolah-olah mukso dari peredaran.
Disisi lain, meskipun mereka seolah meremehkan, tapi sebenarnya mereka mengalami kepanikan. Hal itu terlihat dari kasus masker yang tiba-tiba menjadi langka dan gaā karuan harganya. Hal yang sama pu juga terjadi pada hand sanitizer yang tiba-tiba habis diburong masyarakat. Lebih lucu lain ada berita kejadian harga Jahe meningkat tajam karena ada berita bahwa dengan minum jahe dapat terhindar dari Corona. Waduh, betapa lucunya bangsa kita.
Dari hal diatas sebenarnya saya melihat adanya sikap kurangnya kesadaran dari masyarakat kita, dan ada beberapa hal yang cenderung mengarah pada sikap denial terhadap hal ini.
Kurangnya kesadaran masyarakat akan informasi terkait corona menimbulkan respon yang berbagai macam. Kesadaran yang kurang ini pula yang justru akhirnya memperlusit proses deteksi dini dan proses tracing dari penyebaran penyakit ini.
Saya cukup menyoroti adanya statement-statement yang sedikit menyinggung soal agama/Tuhan. Sebagai contoh adalah adanya statement āHidup mati itu ditangan Tuhan, tidak perlu khawatir dsbā. Statement ini terkesan bijak, tapi sebenarnya ada sika denial dan over-pasrah dalam statement ini.
Memang, hidup dan mati seseorang sudah diatur oleh Tuhan, namun tidak begini cara bijak untuk merespon penyebaran penyakit. Kita tetap harus berikhtiar untuk meminimaliris resiko dari penyebaran penyakit ini. Tuhan ingin kita berusaha bukan over-pasrah.
Bisnis Merosot drastis
Masih terkait dengan penyebaran Covid-19. Selain masalah kesehatan, penyebaran virus ini juga membawa efek buruh terhadap perekonomian suatu negara dan dunia. Negara-negara yang terjangkit virus ini, mulai mengalami guncangan ekonomi, terutama pada bidang transportasi udara, industry dan investasi. Awalnya bisnis trasnpostasi yang pertama terguncang karena banyaknya negara yang mengeluarkan travel alert dan travel warning bahkan menyatakan lockdown, sehingga penerbangan antar negara banyak yang ditunda bahkan dibatalkan. Banyak maskapai yang akhirnya terpaksa meng-grounded pesawatnya karena rutenya berkurang drastis.
Dilansir dari Samchui.com, maskapai Cathay Pasific sudah menggrounded 120 pesawatnya. Lutfhansa meng-grounded 150 pesawat, Vietnam Airline surplus 40 kapasitas pesawat dari total 101 pesawat yang dimiliki. China Airline juga memangkas 49% jadwal penerbangannya. Singapore Airlines juga membatalkan lebih dari 3000 jadwal terbang mereka. Norwegian juga ikut memangkas penerbangannya hingg 4000 jadwal penerbangan. Maskapai Flybe yang beroperasi di Inggris pun dinyatakan bangkrut akibat Corona. Untuk detailnya bisa dilihat disini.
Setelah sector transportasi, dampak terus berlanjut dan merambah ke sector industry. Kantor-kantor, pabrik dan sebagainya akhirnya harus dan terpaksa tutup atau meliburkan karyawannya. Semua sector industry dan bisnis mulai terganggu dan puncaknya mulai terlihat beberapa hari lalu saat virus Corona ini juga āmenginfeksiā harga saham didunia dan mengakibatkan harga saham terjun bebas. Direktur Investasi Pilarmas Investindo Sekuritas, Masimilianus Nico Demus pun memberikan statement terkait ini, dia mengatakan āPenyebaran virus Corona yang makin meluas ke berbagai negara, memberikan kekhawatiran akan terjadi perlambatan ekonomi, termasuk didalam negeri. Wabah virus Corona telah sah menjadi musuh duniaā yang dilansir dari laman katadata.com.
Dari sekian banyak sector yang terdampak, sector pariwisata menjadi sector yang menurut saya paling struggle. Disaat Indonesia sedang gencar-gencarnya promosi pariwisata, tapi saat itu juga semakin banyak negara yang terdampak dan akhirnya menjadi travel travel warning pada negara tersebut. Rontoklah sudah upaya Indonesia untuk menggenjot pariwisata di negara +62 ini.
Nah, apakah Indonesia dan kita sebagai warganya sudah benar-benar siap menghadapi virus ini? Silahkan bertanya pada diri kalian masing-masing.
___
Salam #sobatsambat
Jangan lupa Like, Subscribe dan Share artikel ini kalau kalian suka ya.
(Halah kok malah koyok Youtuber wae c@k, iki lho cuma blog tok, rasah kakean polah, wkwkwkwk)
____
RBS, March 2020
Comments